Senin 09 Nov 2020 10:44 WIB

Biden Diprediksi akan Persoalkan HAM, Tapi tidak Sekarang

Joe Biden dinilai akan meletakkan fokus utamanya di penanganan Covid-19.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Indira Rezkisari
 Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato pertamanya setelah dinyatakan menang dalam pemilihan pada Sabtu (7/11) waktu setempat.
Foto: EPA-EFE/ANDREW HARNIK
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato pertamanya setelah dinyatakan menang dalam pemilihan pada Sabtu (7/11) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Marapi Advisory & Consulting Bidang Keamanan dan Pertahanan, Beni Sukadis, menilai isu hak asasi manusia (HAM) mungkin saja akan diangkat oleh presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dalam politik luar negerinya. Namun, persoalan itu bukan yang utama dalam beberapa waktu ke depan.

"HAM hanya sedikit diangkat tapi bukan fokus utama. Karena yang galak sebenarnya Kongres AS, bukan eksekutif. Kita harus lihat juga siapa Security of State AS yang akan dipilih Biden," jelas Beni kepada Republika, Senin (9/11).

Baca Juga

Dia menjelaskan, persoalan HAM memang mungkin saja akan diangkat oleh Biden dalam masa pemerintahannya. Namun, dalam beberapa waktu ke depan pemerintah AS  masih akan berkonsentrasi pada persoalan Covid-19 di dalam negeri.

"Sehingga menurut saya tidak terlalu fokus, soal politik luar negeri tetap fokus Laut China Selatan (LCS), nuklir Korea, dan multilateralisme," ungkap Beni.

Terpilihnya Biden juga ia nilai tidak akan berpengaruh banyak terhadap pertahanan Indonesia. Menurutnya, AS menganggap Indoensia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi China di LCS.

"AS menganggap Indonesia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi agresivitas China di LCS. Sehingga sangat mungkin Indonesia menjadi mitra keamanan terdekat selain dengan Singapura, Vietnam dan Filipina," kata Beni.

Beni juga mengatakan, hubungan militer antara kedua negara termasuk yang terbesar jika dibandingkn antara Indonesia dengan negara lain. Dia menjelaskan, berdasarkan data pada 2018-2019, setidaknya ada hampir 200 kegiatan per tahun terkait kerja sama pertahanan antara AS dengan Indonesia.

"Artinya kerjasama di bidang alat utama sistem persenjataan dan peningkatan kapasitas militer kita akan tetap seperti yang sudah ada," jelas dia.

Capres AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah memenangkan Pilpres. Ia meraih 290 suara elektoral, sementara pejawat Donald Trump 214. Dibutuhkan 270 suara untuk melenggang ke Gedung Putih.

Joe Biden telah menyampaikan pesan pertamanya sebagai bentuk perayaan sekaligus penyembuhan. Menurutnya telah terjadi pertarungan sengit dan memecah belah ketika proses pemilu kemarin.

Seperti dilansir dari USA Today, ia mengatakan Amerika selalu dibentuk oleh titik-titik perubahan. Pada saat-saat tertentu menurutnya Amerika telah membuat keputusan sulit tentang siapa yang diinginkan oleh negara tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement