Senin 09 Nov 2020 13:43 WIB

Pemkab Garut Klaim Kesembuhan Covid-19 Capai 90 Persen

Meski terjadi outbreak, tingkat kesembuhan di Garut masih lebih dari 90 persen

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Warga antre saat pengambilan paket sembako gratis di kawasan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (16/10/2020). Sembako gratis tersebut bertujuan membantu dan meringankan beban warga yang kurang mampu seiring menurunnya penghasilan akibat pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Candra Yanuarsyah
Warga antre saat pengambilan paket sembako gratis di kawasan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (16/10/2020). Sembako gratis tersebut bertujuan membantu dan meringankan beban warga yang kurang mampu seiring menurunnya penghasilan akibat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan. Dalam dua hari terakhir, penambahan kasus terkonfirmasi mencapai lebih dari 100 orang. Kendati demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut mengklaim tingkat kesembuhan pasien Covid-19 mencapai lebih dari 90 persen.

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengatakan, meski terjadi peningkatan luar biasa (outbreak), tingkat kesembuhan di Kabupaten Garut, masih berada di tingkat 90 persen lebih. Sementara kasus meninggal akibat Covid-19 hanya berada di angka 2 persen.

“Yang meninggal (karena Covid-19) tetap dibawah 2 persen dan tentu kita tingkat kesembuhannya lebih dari tingkat 90 persen. Cuma kita ini kalau sudah dikonfirmasi positif, kita ini punya kewajiban untuk mengisolasi, apalagi hasil labnya sudah tertulis,” kata dia melalui keterangan resmi, Senin (9/11).

Meski angka kasus Covid-19 yang dapat disembuhkan tinggi, Pemkab Garut terus berupaya untuk meningkatkan kinerja penanganan. Salah satunya dengan melakukan pengetatan protokol kesehatan. 

Menurit dia, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan. "Yang kita lakukan adalah sekarang ini kajian-kajian bagaimana kita meningkatkan protokol kesehatan dilakukan, mengurangi keramaian, dan yang terakhir mungkin kami menyiapkan tempat isolasi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, penyiapan tempat isolasi dilakukan lantaran tak semua pasien terkonfirmasi positif Covid-19 bisa menjalani isolasi mandiri. Jika tak dilakukan dengan baik, penerapan isolasi mandiri justru akan menimbulkan klaster keluarga. 

"Jadi kalau isolasi mandiri, itu bagus, tapi memang untuk orang kaya, tapi isolasi mandiri bagi yang rumahnya yang kecil, itu akan berdampak terhadap penularan (Covid-19) yang lain,” kata dia.

Sebelumnya, pada Sabtu (7/11) terjadi outbreak kasus Covid-19 di Kabupaten Garut. Dalam satu hari, setidaknya terjadi penambahan 99 kasus terkonfirmasi positif. Selain klaster pesantren, puskesmas, dan rumah sakit, penambahan signifikan itu berasal dari klaster keluarga. 

Sementara pada Ahad, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut mencatat, terdapat penambahan sebanyak 55 kasus terkonfirmasi positif. Hingga saat ini, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut mencapai 970 kasus. Sebanyak 337 orang masih menjalani isolasi di rumah sakit, 614 orang sembuh, dan 19 orang meninggal dunia.

Humas Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Garut, Yeni Yunita mengatakan, ancaman penularan virus Covid-19 di keluarga atau klaster keluarga semakin meningkat. Ia menyebut, klaster keluarga ini merupakan penularan virus dari salah satu anggota keluarga pada anggota keluarga yang lainnya. 

Oleh karena itu, ia mengingatkan, upaya pencegahan menjadi sangat penting, dengan menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan di dalam keluarga itu sendiri. "Upaya pencegahan penularan virus dari klaster keluarga) bertujuan mengurangi risiko penularan, melalui tetap memakai masker di rumah, terapkan etika batuk dan bersin, cuci tangan, makan bergizi seimbang, istirahat yang cukup serta kelola stres," kata dia.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement