REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Luis Arce resmi dilantik sebagai presiden baru Bolivia pada Minggu. Pelantikan itu sekaligus mengakhiri periode penuh gejolak yang ditandai dengan kekacauan politik dan sosial setelah mantan presiden Evo Morales meninggalkan pemerintahan pada November menyusul sengketa pemilu.
"Kami memulai era baru dalam sejarah kami dan kami ingin melakukannya dengan pemerintahan yang melibatkan semua orang dan tanpa diskriminasi," kata pemimpin Partai Movement for Socialism (MAS) itu dalam pidatonya.
"Pemerintahan kami akan berusaha membangun kembali negara dalam kesatuan untuk hidup dalam damai," tambah dia setelah dilantik oleh Wakil Presiden David Choquehuanca.
Namun dalam pidatonya, Arce juga mengkritik pemerintahan sementara Jeanine Anez yang menurutnya "menginjak-injak" demokrasi bahkan menyebabkan korban jiwa.
Beberapa jam sebelum dilantik, Arce membahas soal peningkatan hubungan dengan Amerika Serikat setelah terpilihnya Joe Biden sebagai presiden ke-46 negara itu. "Dengan pemerintahan baru AS, kami berharap dapat meningkatkan hubungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat kami," cuit Arce di Twitter.
Upacara pelantikan digelar di ibu kota administratif Bolivia, La Paz, dan dihadiri oleh para pemimpin dari negara-negara tetangga, termasuk Raja Felipe VI dari Spanyol, serta presiden Paraguay, Argentina, dan Kolombia.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mulanya dijadwalkan hadir tetapi kemudian membatalkannya dan mengutus Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif serta pejabat senior dari Chile juga hadir dalam upacara tersebut.