Senin 09 Nov 2020 14:14 WIB

UNICEF Butuh Rp 9 T Cegah Epidemi Campak dan Polio

UNICEF mengungkapkan pandemi COovid-19 mengganggu kampanye imunisasi campak dan polio

Rep: Rizky Surya/ Red: Christiyaningsih
 Seorang perawat yang memakai alat pelindung medis mempersiapkan vaksin imunisasi untuk anak-anak selama program vaksinasi door to door terhadap polio, campak dan rubella di tengah pandemi COVID-19 di Banda Aceh, Rabu (7/8/2020).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang perawat yang memakai alat pelindung medis mempersiapkan vaksin imunisasi untuk anak-anak selama program vaksinasi door to door terhadap polio, campak dan rubella di tengah pandemi COVID-19 di Banda Aceh, Rabu (7/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- UNICEF mengungkapkan pandemi COovid-19 mengganggu kampanye imunisasi campak dan polio. Akibatnya, jutaan anak di dunia rentan mengalami penyakit mematikan tersebut.

UNICEF mengeluarkan seruan mendesak untuk pendanaan guna mencegah epidemi penyakit menular. UNICEF menyebut diperlukan dana 665 juta dolar atau sekitar Rp 9 triliun untuk mengatasi kesenjangan kekebalan atas penyakit berbahaya berbahaya di negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah.

Baca Juga

"Kami tidak dapat membiarkan perang melawan satu penyakit mematikan menyebabkan kami kehilangan tempat dalam perang melawan penyakit lain," kata direktur eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan dilansir Arab News pada Senin (9/11).

Fore mengatakan kebutuhan 665 juta dolar dibagi 400 juta dolar untuk polio dan 265 juta dolar untuk campak. Campak ialah salah satu penyakit paling menular yang diketahui di dunia. Penyakit ini telah muncul kembali secara global dalam beberapa tahun terakhir, dengan wabah yang terus berlanjut di semua bagian dunia.

Kesenjangan cakupan vaksinasi semakin diperburuk pada tahun 2020 oleh Covid-19. WHO mengumumkan data tentang tingkat kematian akibat campak untuk 2019 akan dirilis pekan depan.

Dengan polio, jumlah kasus di seluruh dunia telah dikurangi ke tingkat yang sangat rendah sebelum pandemi Covid-19. Namun penularan virus yang melumpuhkan itu sekarang diperkirakan meningkat di Pakistan, Afghanistan, dan di wilayah Afrika di mana tingkat cakupan vaksinasi polio telah menurun.

"Kami sekarang memiliki sejumlah besar anak-anak yang tidak atau kurang diimunisasi," ujar direktur imunisasi, vaksin, dan biologi WHO Catherine O’Brien.

O'Brien mengatakan gangguan yang disebabkan oleh pandemi virus corona ke layanan kesehatan telah menyebabkan 91 kampanye vaksinasi rutin dihentikan di 53 negara. "Vaksinasi akan kembali, tetapi mereka belum kembali sepenuhnya atau secepat yang kami harapkan," jelasnya.

O'Brien berharap vaksinasi ini menciptakan kekebalan untuk campak, polio, dan beberapa penyakit menular lainnya. "Jika kita tidak segera bertindak untuk polio, campak, demam kuning, kolera, tifus, kita akan melihat wabah yang signifikan pada 2021 atau 2022," sebut O'Brien.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement