REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pekan lalu, empat perwakilan perempuan dari Demokrat, yang dikenal sebagai ‘Squad’ kembali terpilih sebagai anggota kongres. Empat wanita itu menjadi sorotan, mengingat latar belakang agama dan etnis yang vokal mereka suarakan.
Mereka adalah Alexandria Ocasio-Cortez dari New York - dikenal sebagai AOC - dan beragama Katolik, lalu Ayanna Pressley dari Massachusetts, yang tumbuh sebagai Baptis; dan Ilhan Omar dari Minnesota serta Rashida Tlaib dari Michigan, yang keduanya adalah Muslim. Mengutip religion news Senin (9/11), berikut adalah beberapa fakta keempat wanita itu.
Pertama, Squad yang mulai dikenal luas ini, mencerminkan tren agama yang besar di AS. Berdasarkan data Pew Research, dua partai besar AS menjadi semakin terpecah dalam hal agama. Sekitar dua pertiga atau sekitar 63 persen pemilih Republik adalah Kristen kulit putih, sementara 79 persen dari Republik secara keseluruhan mengidentifikasi sebagai Kristen.
Sementara Demokrat lebih beragam. Hanya sekitar setengahnya atau 52 persen beragama Kristen, termasuk 26 persen lain yang beragama Kristen kulit berwarna. Sembilan persen berasal dari agama non-Kristen, sementara 38 persen tidak terafiliasi. Dengan satu Muslim kelahiran Somalia, satu Muslim Palestina generasi kedua, satu Protestan Hitam dan satu Katolik Hispanik, Skuad ini cocok dengan tren yang lebih besar ini.
Kedua, Squad selalu meyakini dan tidak takut untuk membicarakan agama mereka. Hal itu juga ditegaskan oleh dua orang Muslim di dalamnya, Tlaib dan Omar. Mengutip pepatah Islam, Tlaib mengatakan, 'Setelah Anda mengurus keluarga di rumah, Anda menjaga lingkungan Anda,’. Karenanya, yang membuat iman Islam dia semakin kuat, adalah dengan melakukan pengorganisasian komunitas.
Hal serupa juga dikatakan tokoh-tokoh lainnya, Presley, dan AOC. Menurut Presley, sebagai wanita beriman, kehidupan memang penuh dengan penindasan penuh kebencian. Hal itu, semakin menguatkan doanya untuk melakukan tindakan.
Sementara Ocasio-Cortez, sempat menulis tentang keyakinannya untuk majalah Amerika pada 2018 silam. Dia mengatakan, kepercayaan itu menginspirasinya untuk bekerja dalam reformasi peradilan pidana.
“Kepolosan, dalam belas kasihannya, sebagian menjadi alasan kita untuk tidak sepenuhnya memperhitungkan karunia rohani pengampunan, kasih karunia dan penebusan di jantung Katekismus: Saya percaya pada pengampunan dosa,” tulisnya.
Terpisah, Omar juga menekankan agamanya menyoal anti-Semitisme pada 2019 lalu. Dia mengatakan, masjid, sebagai tempatnya beribadah di Minnesota dibom oleh dua teroris kulit putih domestik beberapa waktu lalu. Hal itu, semakin menyakinkan dirinya untuk memperjuangkan agama dan keyakinannya.
Ketiga, Muslim Amerika diketahui menjadi kelompok agama yang penting selama pemilihan, terutama di negara bagian seperti Minnesota dan Michigan. Bahkan, pada September lalu, Omar juga memberi tahu The New York Times tentang kekuatan demokrasi bagi Muslim, wanita dan orang kulit berwarna, dan bagaimana ayahnya membentuk pemahamannya tentang itu.
"Ayah saya berperan penting dalam menancapkan saya pada realitas kulit tempat saya lahir, jenis kelamin tempat saya lahir, agama tempat saya lahir, negara tempat saya lahir, dan konteks budaya tempat saya dilahirkan," katanya.
Sementara Tlaib, diketahui memiliki hubungan dengan dua kelompok agama minoritas di Kongres, walaupun, hanya tiga orang termasuk dirinya yang diidentifikasikan sebagai Muslim.
Terakhir, AOC menyatakan dirinya juga mengagumi iman Katoliknya dalam membentuk pemerintahan. Namun, kata dia, jika ada masa depan bagi Gereja Katolik di Amerika Serikat - maka ia nilai harus ada keadilan dan martabat manusia di dalamnya.