Senin 09 Nov 2020 15:14 WIB

Alex Trebek Berpulang, Kenali Faktor Risiko Kanker Pankreas

Alex Trebek meninggal sekitar 20 bulan sejak mengumumkan diagnosis kanker pankreas.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Alex Trebek meninggal dunia dalam usia 80 tahun akibat kanker pankreas, Ahad (8/11).
Foto: EPA
Alex Trebek meninggal dunia dalam usia 80 tahun akibat kanker pankreas, Ahad (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alex Trebek yang memandu acara TV Jeopardy selama 36 tahun meninggal pada Ahad (8/11) lalu dalam usia 80 tahun setelah berjuang melawan kanker pankreas. Trebek meninggal sekitar 20 bulan setelah mengumumkan diagnosis kanker pankreas Stadium 4.

American Society of Cancer memprediksi sekitar 47.050 orang akan meninggal tahun ini akibat kanker pankreas. Dilansir USA Today, Senin (9/11), setelah didiagnosis, rata-rata pasien bertahan hidup sekitar lebih dari dua kali, menurut Hirshberg Foundation untuk penelitian kanker pankreas.

Baca Juga

Kurang dari 10 persen orang hidup dalam lima tahun setelah didiagnosis, menurut American Society for Clinical Oncology (ASCO). Mengapa tingkat kelangsungan hidup sangat rendah?

Ini dikarenakan terlambatnya deteksi dini pada orang tanpa gejala. Alhasil, kakner pankreas sulit didiagnosis. Di samping itu, biaya pemeriksaan juga tak bisa dibilang terjangkau.

Akibatnya, kebanyakan kasus didiagnosis pada stadium lanjut, sering kali Tahap 4, yakni ketika kanker telah menyebar ke hampir semua bagian tubuh.  Kebanyakan orang yang didiagnosis dengan kanker tidak dapat dioperasi karena kanker telah menyebar ke luar pankreas ke bagian tubuh lainnya. Selain itu, meskipun ada fasilitas pengobatan, kanker pankreas dianggap tidak dapat disembuhkan.

Kenali risiko

Kemungkinan, kanker pankreas akan menyerang sekitar satu dari 64 orang, menurut American Cancer Society. Meski demikian, organisasi tersebut melaporkan peluang itu dipengaruhi oleh faktor risiko tertentu yang sebenarnya dapat dikontrol. Berikut daftarnya:

- Orang yang merokok dua kali lebih mungkin untuk kena kanker pankreas.

- Orang yang "sangat kelebihan berat badan" memiliki peluang 20 persen ​​lebih tinggi untuk terusik kanker pankreas.

- Diabetes, terutama tipe 2, membuat orang lebih berisiko.

- Peradangan kronis pada pankreas, biasanya terkait dengan merokok dan penggunaan alkohol yang berlebihan, meningkatkan kemungkinannya.

Faktor lain, termasuk usia, setidaknya dua per tiga pasien berusia 65 tahun atau lebih. Selain itu, faktor risiko kanker pankreas adalah jenis kelamin (pria sedikit lebih mungkin untuk mendapatkannya), ras (orang kulit hitam sedikit lebih mungkin dibandingkan orang kulit putih), dan mutasi gen yang diturunkan (ditemukan pada 10 persen kasus).

Kenali gejala

Sebelum diagnosis, Trebek kerap mengalami sakit perut dalam waktu yang lama. Ini mungkin disebabkan oleh tumor yang telah terbentuk di tubuh atau ekor pankreas karena dapat menekan tulang belakang, menurut Johns Hopkins Medicine.

Beberapa pasien menggambarkan nyeri mulai dari perut tengah dan menjalar ke punggung. Nyeri bisa menjadi lebih buruk saat berbaring dan sering kali dapat dikurangi dengan mencondongkan tubuh ke depan.

Nyeri kanker pankreas bisa dirasakan berbeda bagi setiap orang. Gejala dapat berupa penyakit kuning, nyeri, dan penurunan berat badan.

Bulan lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memberi pedoman untuk terapi antibodi generasi baru yang dirancang guna pengobatan kanker pankreas dan jenis kanker lainnya. Ini berarti status khusus untuk obat atau produk biologis penyakit dan kondisi langka dapat diajukan atas permintaan sponsor, menurut FDA.

Obat memenuhi syarat sponsor untuk berbagai insentif pengembangan, termasuk kredit pajak untuk pengujian klinis yang memenuhi syarat, hingga tujuh tahun eksklusivitas pemasaran dan pembebasan biaya FDA tertentu. Apexigen, Inc. perusahaan yang mengembangkan penelitian, dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa imunoterapi, stimulasi buatan dari sistem kekebalan, juga sedang dieksplorasi sebagai pengobatan. Di AS, November diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Pankreas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement