REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pelatih sasana dan tokoh tinju menyentil peran Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Kota Semarang terkait dengan prestasi atlet dari olahraga ini yang belum mampu meraih gelar bergengsi tingkat nasional.
"Pada era 1980-an Kota Semarang pernah berjaya atau menjadi salah satu kekuatan tinju di Jawa Tengah," kata mantan petinju Candra Darusman yang pernah sebagai Asisten Pelatih Sasana Orang Tua kepada ANTARA di Semarang, Senin (9/11).
Darus, sapaan akrab Candra Darusman, lantas menyebutkan sejumlah nama petinju yang pernah mengharumkan Kota Semarang dalam event nasional, di antaranya Mohar Sutan, Sugiyarto (almarhum), Edi Sabena, Purwanto, Pujo Ardianto, Didik Hartanto, Darusman, Agus Triono, Tono Anggono, Subandriyo, Heri Guntar, dan Ivan Affandi.
Namun, kata Darus, beberapa tahun terakhir ini kondisi sasana tinju di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini ibarat mati suri. Hal inilah yang melatarbelakangi diskusi bertema "Upaya Mengembangkan dan Meningkatkan Kembali Prestasi Tinju Kota Semarang" di Kampung Subuh 83, Kota Semarang, Minggu (8/11).
Dalam pertemuan itu, kata Darus, juga mendengar masukan dari sejumlah pelatih dan pemangku kepentingan, antara lain Asisten Pelatih Sasana Bank Buana Semarang Daeng Sukadi, dokter Susanto Gunawan yang juga kerap menjadi dokter ring, mantan petinju Andreas Suprapto, dan tokoh tinju lainnya.
Dalam diskusi tersebut, Daeng Sukadi memandang perlu dukungan semua pihak untuk dapat mengembalikan kejayaan olahraga ini di Kota Semarang.
"Butuh figur yang serbabisa untuk mengurusi atau memimpin sebuah sasana tinju sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi tinju di kota ini," kata Daeng.
Figur yang dimaksud Daeng, antara lain orang menyenangi olahraga tinju, rela berkorban waktu maupun dana, dapat mencari sponsor guna menopang kegiatan sasana, dan memberikan tenaganya secara ikhlas.
Menurut dia, tenaga dan pikiran itu juga berlaku bagi pengurus Pertina Kota Semarang. Masalahnya, mengurusi dunia tinju guna mencetak petinju berprestasi butuh ekstra segalanya, misalnya mampu menjadi manajerial, punya rasa sosial tinggi, senang olahraga tinju, serta melakukannya dengan ikhlas karena senang.
Sementara itu, dr. Susanto Gunawan menilai dunia tinju amatir di kota ini seakan berada di situasi mati suri.
Susanto menyatakan prihatin kondisi yang ada di beberapa sasana sehingga Pengcab Pertina Kota Semarang perlu menyikapinya, terutama petinju-petinju muda saat berlatih di sasana.
"Kalau ada merasa kesulitan, pengurus dapat mencari bapak asuh bagi petinju serta mencari solusi terbaik bagi sasana," katanya.
Ia juga menilai penting pelaksanaan diskusi secara kontinu antara sasana dan Pertina untuk mengetahui perkembangan petinju dan prestasi tinju di kota ini.
Pada kesempatan itu, mantan petinju Andreas Suprapto memandang perlu kegiatan yang berkelanjutan sehingga petinju akan terus terasah kemampuannya jika mereka ingin berprestasi.
Mantan petinju Candra Darusman berharap ada tindak lanjut dari pertemuan pelatih dan tokoh tinju itu agar kelak melahirkan petinju generasi baru seperti era '80-an sehingga dapat membanggakan bagi Kota Semarang maupun Jawa Tengah.