REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 2,36 juta orang angkatan kerja baru turut menyumbang penambahan angka 2,67 juta pengangguran selama pandemi Covid-19. Hal itu disampaikan Wakil Juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dewi Meisari Haryanto saat konferensi pers secara daring terkait Laporan BPS Optimisme Sektor Informatika dan Komunikasi di Tengah Pandemi, Senin (9/11).
"Jadi penekanan di sini adalah bukan teman-teman yang sudah bekerja kehilangan pekerjaan, tapi temen temen yang baru selesai sekolah dan baru memasuki angkatan kerja baru tidak bisa diserap aktivitas ekonomi kita," ujar Dewi.
Ia mengatakan, jumlah itu kemudian ditambah dengan sekitar 310.000 orang yang tadinya bekerja kemudian kehilangan pekerjaan. Karena itu, pada quartal ketiga tahun ini terdapat penambahan pengangguran sekitar 2,67 juta.
"Sehingga total pengangguran Indonesia menjadi 9,77 juta orang atau 7,07 persen," ungkapnya.
Dewi juga mencatat pergeseran sektor ketenagakerjaan akibat adanya pandemi Covid-19. Pertama, kata Dewi terjadi penurunan tenaga kerja penuh waktu menjadi 63,8 persen. Sementara, jumlah tenaga kerja paruh waktu yang bekerja kurang dari 35 jam per pekan namun tidak bersedia menerima pekerjaan lain justru meningkat menjadi hampir 26 persen.
Ia menilai, hal ini menunjukkan tren pilihan karir sebagai freelancer yang umumnya bekerja dengan skema kompensasi berdasarkan hasil, bukan berdasarkan waktu ini sedang berkembang dan dipicu pandemi.
Kemudian, aspek kedua yakni terjadi peningkatan partisipasi kerja perempuan sekitar 1,3 persen menjadi 53,13 persen, walaupun partisipasi kerja laki-laki justru turun 0,84 persen menjadi 82,41.
"Dan yang perlu sadari dan perhatikan di aspek ketiga meningkatnya pekerja di sektor informal sekitar 4,5 persen, dari 50an menjadi 6,47 persen termasuk pelaku UMKM yang belum tentu dibantu oleh karyawan tetap, memperkerjakan diri," katanya.
Dalam kesempatan itu juga, Dewi mengatakan meski perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini masih dibayangi oleh resesi. Namun resesi kita sudah menunjukkan adanya bias cahaya untuk bangkit. Hal ini terlihat dari pertumbuhan (y0y) sekitar minus 3,5 persen. Ia mengatakan, meski masih minus namun tingkat kedalaman quartal ketiga ini lebih rendah dari resesi kuartal sebelumnya yang kontraksi 5,3 persen.