Senin 09 Nov 2020 17:46 WIB

Ekonom: Kecil Kemungkinan Indonesia Alami Depresi

Jika melihat tren, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih jauh lebih positif.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan kecil kemungkinan ekonomi Indonesia mengalami depresi. Saat ini, Indonesia sendiri telah resmi masuk jurang resesi karena telah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan kecil kemungkinan ekonomi Indonesia mengalami depresi. Saat ini, Indonesia sendiri telah resmi masuk jurang resesi karena telah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan kecil kemungkinan ekonomi Indonesia mengalami depresi. Saat ini, Indonesia sendiri telah resmi masuk jurang resesi karena telah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi.

Faisal mengatakan, jika dilihat trennya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih jauh lebih positif. "Kalau dilihat trennya, tren kita jauh lebih positif karena kalau dilihat kuartal ke kuartal (qtq) itu bahkan masih tumbuh positif 5 persen. Meski secara kalender kita masih minus 2 persen," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (9/11).

Baca Juga

Fithra menuturkan pada kuartal III 2020, ekonomi terkontraksi 3,49 persen. Ini masih lebih baik daripada kuartal sebelumnya sebesar 5,3 persen.

"Kemungkinan mengalami perburukan lebih lanjut pada kuartal IV masih 50:50 tapi ada kemungkinan bouncing (melambung), jadi kemungkinan mengalami depresi itu sebenarnya kecil probabilitasnya," kata Fithra.

Fithra menambahkan Indonesia juga punya peluang untuk bisa bangkit pada tahun mendatang meski tahun ini Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi 1,5 persen. Namun peluang bangkit lebih besar pada 2021, kata dia, berdasarkan proyeksi sejumlah lembaga terhadap ekonomi Indonesia yang bisa tumbuh hingga 6 persen, jauh di atas proyeksi pemerintah antara 4,5-5 persen.

"Dengan ini seharusnya Indonesia punya peluang bangkit kembali pada 2021," katanya.

Pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi sejumlah negara maju dan berkembang menunjukkan perbaikan pada kuartal III 2020 dibanding kuartal II 2020 sebagaimana yang dicapai Indonesia. Hal itu menggambarkan perekonomian dunia mulai pulih dari tekanan pandemi Covid-19.

Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi minus 3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2020 ini, yang melanjutkan kontraksi dari kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen (yoy).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement