Selasa 10 Nov 2020 01:00 WIB

Mengapa Turki Evakuasi Pangkalan Militernya dari Hama Suriah

Turki mengevakuasi pasukannya yang berada di Provinsi Hama Suriah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Turki mengevakuasi pasukannya yang berada di Provinsi Hama Suriah Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Turki mengevakuasi pasukannya yang berada di Provinsi Hama Suriah Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pasukan Turki pada Senin mengevakuasi pangkalan militer terbesar mereka, yang disebut pangkalan Morek di pinggiran utara Provinsi Hama, Suriah.  

 

Baca Juga

Media Jerman DW, mengutip sumber-sumber lokal di kota Morek, melaporkan bahwa puluhan kendaraan lapis baja dan truk yang membawa logistik, serta tiang semen, semuanya keluar dari pangkalan militer Morek pada Senin pagi. Pangkalan itu berada di bawah pengepungan pasukan pemerintah selama lebih dari setahun. 

 

Belum jelas berapa banyak pangkalan yang direncanakan Turki untuk ditinggalkan. Morek adalah salah satu dari 12 pos pengawasan pasukan Turki di bagian Suriah yang bertugas mengawasi gencatan senjata Idlib yang sebagian besar goyah. Gencatan senjata itu ditengahi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki Recept Tayyip Erdogan.

 

Berikut beberapa pertanyaan, apa tujuan Turki di balik keluarnya dari pangkalan militer ini? Apa arti penarikan ini dalam perkembangan medan pertempuran Suriah?

 

Dalam artikel yang ditulis dan dipublikasikan laman AhlulBayt News Agency (ABNA) menjelaskan, Morek bersama dengan beberapa pangkalan lainnya yang didirikan Turki di Suriah pada 2018 telah dikepung pasukan pemerintah pusat Suriah sejak Februari.  

 

Hal ini terjadi ketika Damaskus berhasil membuat kemajuan besar menuju Idlib sebagai benteng terakhir teroris yang didukung asing dan oposisi bersenjata yang memerangi pemerintah. 

 

Pangkalan-pangkalan itu secara praktis telah kehilangan tujuan utama dan sifat eksistensial mereka untuk mengawasi gencatan senjata. 

 

Faktanya, hanya perjanjian keamanan Rusia dengan Turki dan jaminan bagi mereka yang mencegah tentara Suriah merebut kembali pangkalan tersebut.  

 

Menyusul kampanye Suriah untuk membebaskan wilayah sekitar Idlib pada musim semi tahun ini, delapan pos pengawasan Turki di kota Sheikh Aqil, Anadan, Al-Is, Tal Toqan, Surman, Arima, dan Morek, tetap beroperasi sementara, sembilan lainnya dikepung pasukan Damaskus. 

 

Menurut kesepakatan dengan Rusia, Turki berkomitmen melucuti senjata milisi yang dicap teroris oleh PBB. Komitmen tersebut juga termasuk menghapus persenjataan berat dari zona de-eskalasi. 

 

Menurut perjanjian gencatan senjata baru, yang dicapai awal tahun ini, pasukan Turki-Rusia memiliki rencana untuk membuat koridor keamanan di kedua sisi Jalan Raya M4 yang menghubungkan barat ke timur Suriah. Mereka juga menyetujui patroli bersama di sepanjang bagian timur jalan raya.  

 

Tetapi Turki seperti biasa, menunjukkan kurangnya kepatuhan terhadap pemenuhan komitmennya. Sampai-sampai Rusia mengambil sebuah langkah untuk mengungkapkan ketidakpuasannya dengan menjauh dari patroli dalam lima bulan terakhir misi dari 15 Maret hingga 25 Agustus 2020.    

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement