Senin 09 Nov 2020 21:45 WIB

Dubes Prancis: Gerakan Boikot Seperti Menembak Kaki Sendiri

Dubes ungkapkan ada sekitar 200 perusahaan Prancis di Indonesia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pengunjuk rasa menggelar aksi boikot produk Prancis di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (6/11/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina agama Islam.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Pengunjuk rasa menggelar aksi boikot produk Prancis di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (6/11/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina agama Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan efek gerakan boikot terhadap produk negaranya. Kendati demikian dia memperingatkan hal itu juga dapat berdampak pada kalangan pekerja di Indonesia.

"Hasil dari boikot terlalu dini untuk dikatakan," kata Chambard saat menggelar temu media di Kedubes Prancis di Jakarta pada Senin (9/11).

Baca Juga

Menurut dia, besar atau kecilnya dampak boikot tergantung pada berapa lama gerakan itu berlangsung. Chambard mengungkapkan terdapat sekitar 200 perusahaan Prancis di Indonesia dengan skala bisnis yang berbeda-beda.

Danone adalah salah satu perusahaan besar Prancis yang turut beroperasi di Indonesia. Menurut Chambard perusahaan tersebut memiliki 30 pabrik. Oleh sebab itu dia menilai gerakan boikot dapat turut membahayakan kalangan pekerja Indonesia. "Ini (gerakan boikot) seperti menembak kaki sendiri," ucapnya.

Chambard mengungkapkan, perusahaan-perusahaan Prancis di Indonesia telah menghubunginya dan bertanya apa yang bisa dilakukan. Mereka pun menjalin kontak dengan media dan pemimpin lokal.  Namun dia menekankan efek boikot belum bisa disimpulkan. "Ini tergantung dari durasi dari boikot. Sejauh ini, ini adalah awal," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement