REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS — Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan akan berupaya menjalin kembali dialog dengan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Joe Biden. Hubungan Caracas dengan Washington memang dibekap ketegangan selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Saya berharap kami dapat bekerja untuk memulai kembali saluran dialog yang tulus dan langsung antara pemerintahan Joe Biden di masa depan dan pemerintah yang saya pimpin,” kata Maduro dalam sebuah pidato, Senin (9/11).
Pemerintahan Trump tak mengakui kepemimpinan Maduro atas Venezuela. Ia justru mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido. Pada Januari 2019, Guaido telah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara menyusul gelombang demonstrasi yang mendesak Maduro turun dari jabatannya.
Maduro menuding Guaido telah berupaya melakukan kudeta terhadap pemerintahannya. Setelah AS, Israel dan Australia turut memberikan dukungannya kepada Guaido. Guna menekan Maduro, Washington menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Venezuela, termasuk pad perusahaan minyak nasional milik negara tersebut, yakni Petroleos de Venezuela S.A (PDVSA).
Saat ini negara-negara Eropa seperti Prancis, Spanyol, Jerman, Inggris, Portugal, Swedia, Denmark, Austria, Albania, dan Belanda juga telah mengakui kepemimpinan Guaido. Langkah itu diambil karena Maduro mengabaikan seruan Uni Eropa untuk menyelenggarakan pemilu.