REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Shabrina Zakaria
Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Dramaga, kembali melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi 'kuburan' ratusan bus Transjakarta wara oranye di Jalan Babakan, tepatnya di seberang Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi, Desa dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Senin (9/11).
Sidak tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah Camat Dramaga, Ivan Pramudia pada Selasa (3/11), juga mengunjungi area lahan kosong seluas dua hektare tersebut, setelah mendapat keluhan asap hasil pembakaran bus Transjakarta menganggu warga sekitar.
Kepala Desa Dramaga, Yayat Supriyatna mengatakan, ia bersama kapolsek, danramil, dan Satpol PP meninjau aktivitas pekerja yang sedang membelah bus Transjakarta, setelah mendapatkan laporan dari warga Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, yang menghirup asap pekat. Apalagi, lokasi lahan itu berada di perbatasan Kota dan Kabupaten Bogor.
“Kemarin (Ahad) sore saya dapat laporan dari warga, dan saya lanjut komunikasi dengan lurah Margajaya, karena yang komplain warga beliau, bahwa kegiatan pemotongan bus di sini kembali mengakibatkan pencemaran udara,” kata Yayat saat ditemui Republika, Senin (9/11).
Dari sidak tersebut, menurut Yayat, jajaran Muspika Dramaga menemukan fakta baru terkait pekerjaan pemotongan bus jumlahnya semakin banyak daripada kala sidak pertama. Diperkirakan, bertambahnya jumlah bus yang dipotong memicu asap lebih tebal yang sampai ke permukiman warga.
Oleh karena itu, saat berkunjung ke lokasi, ia dan petugas Desa Dramaga turut memberikan imbauan kepada para pekerja, termasuk mandor agar menyiasati pekerjaan pemotongan bus yang menggunakan mesin las. Yayat menuturkan, solusi yang harus digunakan pekerja adalah dengan menyiapkan air untuk menyemprot asap yang keluar dari pembakaran.
Pihaknya mengaku, belum sampai tahap pembicaraan untuk menghentikan proses pemotongan bus yang dilakukan puluhan pekerja. Hal itu lantaran, ia mendapat informasi dari pekerja jika mereka ditargetkan untuk memotong ratusan bus maksimal sampai akhir Desember wajib sudah selesai. Sehingga, dari hari ke hari, diperkirakan jumlah titik pemotongan bus semakin banyak.
“Dulu kan cuma dua, sekarang ada banyak titik. Tapi masyarakat kan nggak mau tau itu, mereka taunya bagaimana agar udara tidak tercemar dari polusi. Jika tidak digubris dan tidak ditaati maka kami akan melakukan langkah lain dan upaya lain,” jelas Yayat.
Pantauan Republika, sejumlah pekerja tetap sibuk dengan pekerjaannya masing-masing kala Muspika Dramaga menggelar sidak. Beberapa dari mereka terlihat sedang memotong atau membelah bus kecil dengan menggunakan mesin las, beberapa juga tampak memecahkan kaca bus besar.
Saat melihat Muspika Dramaga mendekat, mereka menghentikan pekerjaannya sejenak. Sayangnya, ketika ditanya, para pekerja tidak mau memberi keterangan sama sekali mengenai siapa pemilik bangkai bus Transjakarta tersebut. “Saya cuma kerja di sini,” ujar salah pekerja yang enggan disebutkan namanya
Kepulan asap
Salah satu warga Pakuan Regency yang terdampak asap dari pembakaran bus Transjakarta, Iman Hanafi (36 tahun), mengaku, mulai merasakan efek kepulan asap tersebut selama dua pekan terakhir. Bahkan, ia dan tetangga juga mendapati asap memenuhi perumahan hingga sekitar pukul 20.00 WIB.
“Yang berasa memang asapnya. Kadang baunya doang, kadang seperti kabut asapnya sampai sini,” kata Iman ditemui Republika di dekat tempat tinggalnya.
Yang mengherankan Imam, kadang ada suara dentuman. Hanya saja, ia tidak bisa memastikan apakah sumber suara berasal dari tempat penampungan bus. Berdasarkan pengamatannya dari dekat Sungai Ciapus, Iman melihat sendiri bahwa para pekerja semakin banyak memotong bus.
“Kemarin kalau saya liat pas baunya santer banget kayaknya titik pekerjaannya ada banyak, jadi terakumulasi tuh asap pembakarannya,” tuturnya.
Bahkan, Imam mengaku, awalnya ia dan warga sekitar mengira tempat tersebut sebagai pul penampungan bus Transjakarta. Mereka baru mengetahui ada proyek pemotongan bus, ketika awal Oktober lalu, sedang memancing di sepanjang Sungai Ciapus dan melihat ke arah lokasi kuburan bus. Iman berharap, proyek pemotongan bus ini segera selesai agar udara di sekitar tidak terlalu lama tercemar.
Sebagai ketua RT sekitar, Imam juga meminta setidaknya pihak pekerja bus meminta izin kepada warga yang terdampak. “Kalau bagusnya ada omongan ke sini. Jadi saya sebagai ketua RT bisa menjelaskan langsung ke warga,” ujarnya.