REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech diklaim perusahaan memiliki efikasi 90 persen dalam uji klinis Fase Tiga. Vaksin ini akan ditawarkan dalam dua dosis suntikan.
Seorang anggota kelompok penasehat medis dari Komite Ahli untuk Tanggap Darurat Epidemi buatan gubernur Colorado, Amerika Serikat, Dr. Anuj Mehta, menjelaskan bahwa dua dosis vaksin akan diberikan dengan jarak waktu 21 hari. Jangka waktu antara dua suntikan itu ditetapkan berdasarkan data yang dikumpulkan di laboratorium sebelum vaksin itu diujicobakan pada manusia.
Setiap dosis akan terdiri dari formulasi yang sama. Artinya, tidak ada perbedaan antara kedua suntikan. Mengapa dua dosis suntikan, tak seperti kandidat vaksin Covid-19 lainnya?
Alasan harus ada dua dosis ialah karena tubuh merespons masing-masing secara berbeda. Dosis pertama akan bertindak sebagai lapisan awal untuk sistem kekebalan tubuh dan dosis kedua yang diberikan tiga pekan kemudian akan memperkuatnya.