REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Maestro seni karawitan atau alat musik gamelan Prof. Dr. Rahayu Supanggah S.Kar. meninggal dunia di Rumah Sakit Brayat Minulto Surakarta, Selasa, sekitar pukul 02.45 WIB. Jenazah peraih penghargaan seni nasional dan internasional itu disemayamkan di rumah duka di Kampung Benowo RT 06 RW 08 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
Menurut Gandang Warah, putra kedua almarhum, jenazah rencananya dimakamkan di Astana Loyo Benowo Jaten Karanganyar, sekitar pukul 14.00 WIB. Gandang mengatakan, di mata keluarga, Rahayu Supanggah merupakan sosok seorang maestro, guru, serta pembimbing dan seni kehidupan semuanya.
"Pola berpikir, organisasi, dan bagaimana hubungan dengan manusia, kami banyak belajar dari almarhum Bapak," kata Gandang.
Menurut Gandang, almarhum semasa hidupnya juga sangat berkomitmen dan bersemangat dalam mengembangkan kesenian tradisional di Indonesia agar lebih maju dan dikenal serta lebih dihargai secara nasional hingga internasional.
"Beliau yang diteladani, saudara anakan, bagaimana mencintai kesenian, bagaimana mengembangkan dan berorganisasi yang saya kagumi dari sosok bapak," kata Gandang.
Almarhum Rahayu Supanggah meninggalkan seorang istri Sundari Supanggah, dan memiliki tiga putra, yakni Bonton Reu Eus (almarhum), Gandang Warah Wimoso, dan Wirid Nugroho Pamungkas. Almarhum semasa hidupnya mengangkat derajat gamelan ke forum dunia.
Rahayu Supanggah pernah menjalankanmisi kesenian kepresidenan ke China, Korea, dan Jepang (1965). Sejak itu, ia mulai melakukan pembaruan pemanggungan gamelan dan menciptakan musik (kontemporer) yang berakar dari seni tradisional.
Rahayu Supanggah merupakan guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Almarhum pernah menjabat sebagai ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta pada 1997 - 2001, Direktur Pascasarjana 2002 - 2006., dan Dosen Terbang Pascasarjana sejak 1 September 2019 - 31 Oktober 2020.