Selasa 10 Nov 2020 14:10 WIB

Ini Isi Percakapan Telepon Antara Raja Salman dan Merkel

Raja Salman dan Merkel membicarakan soal terorisme.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Ini Isi Percakapan Telepon Antara Raja Salman dan Merkel. Foto ilustrasi: Raja Saudi Salman berbicara selama KTT Dewan Kerjasama Teluk ke-40 di Riyadh, Arab Saudi. Raja Arab Saudi King Salman dipulangkan dari sebuah rumah sakit di ibu kota, Riyadh, setelah lebih dari seminggu setelah operasi untuk mengangkat kantung empedunya, Pengadilan Kerajaan mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis malam, 30 Juli 2020.
Foto: AP/Amr Nabil
Ini Isi Percakapan Telepon Antara Raja Salman dan Merkel. Foto ilustrasi: Raja Saudi Salman berbicara selama KTT Dewan Kerjasama Teluk ke-40 di Riyadh, Arab Saudi. Raja Arab Saudi King Salman dipulangkan dari sebuah rumah sakit di ibu kota, Riyadh, setelah lebih dari seminggu setelah operasi untuk mengangkat kantung empedunya, Pengadilan Kerajaan mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis malam, 30 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan percakapan telepon membahas ekstremisme dan terorisme. Arab Saudi dan Jerman sepakat perlunya menghadapi semua bentuk ekstremisme dan terorisme, sebagaimana dilansir di Arab News, Selasa (10/11).

Selama percakapan telepon itu, Raja Salman menegaskan kecaman keras Kerajaan atas serangan teroris yang telah dilakukan baru-baru ini di Prancis dan Austria. Akibat serangan ini tiga orang tewas dalam serangan pisau di sebuah gereja di kota Nice, Prancis selatan pada 29 Oktober.

Baca Juga

Sementara di ibu kota Austria, Wina, orang-orang bersenjata melancarkan serangan di beberapa lokasi di seluruh kota, termasuk di dekat sinagoga. Serangan ini menewaskan sedikitnya empat orang.

Raja Salman juga menekankan posisi Kerajaan, yang mengecam keras kartun Nabi Muhammad. Dia mengingatkan, kebebasan berekspresi harus tetap menjaga rasa hormat di antara masyarakat.

"Kebebasan berekspresi adalah nilai moral penting yang mempromosikan rasa hormat dan hidup berdampingan di antara masyarakat, bukan alat untuk menyebarkan kebencian dan membenturkan budaya dan peradaban," katanya.

Raja Salman juga mengatakan pentingnya mempromosikan pemulihan hubungan antara pengikut agama dan peradaban, serta menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi, dan menolak semua bentuk praktik yang menimbulkan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme.

Dalam panggilan telepon tersebut, kedua belah pihak juga membahas hubungan bilateral dan cara-cara untuk meningkatkannya di berbagai bidang, di samping upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan KTT G20 tahunan mendatang. Arab Saudi menjadi presiden G20 pada 1 Desember 2019 dan akan menjadi tuan rumah G20 ke-15 di ibu kota Riyadh pada 21 dan 22 November nanti.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement