REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung mengungkapkan kesulitan mencari lahan yang dapat digunakan sebagai kolam retensi untuk mengantisipasi potensi banjir. Salah satu yang menjadi kendala yaitu terkait pembebasan lahan yang memakan waktu lebih banyak.
Kepala Dinas PU Kota Bandung, Didi Riswandi mengaku sudah melakukan studi dan kajian tentang titik-titik yang dapat dibangun kolam retensi. Namun, kendala yang dihadapi menyangkut pembebasan lahan yang terlalu lama sementara pihaknya memerlukan lahan yang bisa segera digunakan langsung untuk antisipasi banjir.
"Kita disulitkan masalah lahan, kalau pembebasan lahan nunggu terlalu lama. Cari lahan yang bisa digunakan," ujarnya, Selasa (10/11).
Menurutnya, saat ini pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia menyangkut lahan mereka di Cipamokolan. Ia berharap lahan tersebut dapat digunakan sebagai area resapan air dan jika disepakati dapat dilakukan penggalian. Namun, menurutnya secara komersil lahan tersebut diharapkan tetap menguntungkan pihak Bank Indonesia.
Didi melanjutkan, kolam retensi di Kota Bandung sampai saat ini kurang lebih sebanyak 7 titik yaitu kolam retensi di Jalan Bima, Sirnaraga, Sarimas, Wetland Cisurupan, Rancabolang, Taman Lansia. Selain itu juga kolam retensi yang masih dibangun di Gedebage, Bandung.
"Diatas 50 persen, proses penyelesaian (kolam retensi Gedebage). Akhir November diharapkan beres," ujarnya. Ia menambahkan, jumlah drumpori di Kota Bandung saat ini mencapai 6.800an unit.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengungkapkan pihaknya sudah berbicara dengan warga Gedebage tentang kondisi banjir yang sering terjadi. Menurutnya, ia sudah meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan untuk mencatat permasalahan di Gedebage dan segera mencari solusi.
"Saya berharap itu betul dicatat dinas terkait, mudah-mudahan ini cepat di ambil solusi sesuai kemampuan anggaran kita," ungkapnya.