Selasa 10 Nov 2020 15:17 WIB

Vaksin Pfizer Diklaim Bisa Efektif Selama Satu Tahun

Vaksin Pfizer diklaim efektif 90 persen mencegah covid-19.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi)
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pembuatan vaksin. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin buatan Pfizer dan BioNTech berhasil menjalankan uji klinis terhadap 43.500 orang di enam negara. Dari uji klinis, diklaim tidak ada masalah keamanan yang dikemukakan.

Perusahaan berencana untuk mengajukan persetujuan darurat untuk menggunakan vaksin tersebut pada akhir bulan.

Baca Juga

Uji coba di AS, Jerman, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan Turki menunjukkan 90 persen perlindungan dicapai tujuh hari setelah dosis kedua. Namun, data yang disajikan bukanlah analisis akhir karena hanya didasarkan pada 94 sukarelawan pertama yang mengembangkan Covid sehingga keefektifan vaksin yang tepat dapat berubah ketika hasil lengkap dianalisis.

"Kita harus lebih optimis bahwa efek imunisasi dapat bertahan setidaknya selama satu tahun," kata CEO BioNTech Ugur Sahin, kepada Reuters, dilansir dari Deutsche Welle.

"Hasil pertama dari fase 3 uji coba vaksin COVID-19 memberikan bukti awal kemampuan vaksin untuk mencegah COVID-19," kata ketua dan CEO Pfizer Albert Bourla dalam sebuah pernyataan.

Analisis uji coba vaksin eksperimental tampaknya secara efektif mencegah infeksi pada peserta ujicoba "tanpa bukti infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya," demikian pernyataan bersama BioNTech dan Pfizer.

Pfizer memperingatkan bahwa tingkat perlindungan awal mungkin masih berubah seiring berjalannya waktu. Perusahaan farmasi ini juga menjelaskan, vaksin itu tidak mungkin tersedia sebelum akhir tahun.

Vaksin dipandang sebagai cara terbaik untuk keluar dari batasan yang telah diberlakukan selama setahun belakangan ini. Data menunjukkan bahwa dibutuhkan dua dosis vaksin, dengan jarak tiga minggu.

"Kami adalah langkah yang signifikan lebih dekat untuk menyediakan orang-orang di seluruh dunia dengan terobosan yang sangat dibutuhkan untuk membantu mengakhiri krisis kesehatan global ini," ujar Ketua Pfizer, Dr Albert Bourla, dilansir dari BBC.

Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka akan memiliki data keamanan yang cukup pada minggu ketiga November untuk membawa vaksin mereka ke regulator. Sebelum disetujui, negara-negara tidak mungkin memulai kampanye vaksinasi mereka.

Kedua perusahaan tersebut mengatakan mereka akan dapat memasok 50 juta dosis pada akhir tahun ini dan sekitar 1,3 miliar pada akhir tahun 2021. Setiap orang membutuhkan dua dosis. Inggris seharusnya mendapatkan 10 juta dosis pada akhir tahun, dengan 30 juta dosis lagi sudah dipesan.

Tidak semua orang akan mendapatkan vaksin secara langsung. Negara yang memutuskan siapa yang harus diprioritaskan. Staf rumah sakit dan pekerja rumah perawatan akan berada di daftar teratas karena orang-orang rentan yang mereka tangani, seperti halnya lansia yang paling berisiko terkena penyakit parah.

Inggris cenderung memprioritaskan penduduk lanjut usia di panti jompo dan orang-orang yang bekerja di sana. Tetapi, keputusan akhir tergantung pada seberapa baik vaksin itu bekerja pada kelompok usia yang berbeda dan bagaimana virus menyebar.

Orang yang berusia di bawah 50 tahun dan tidak memiliki masalah medis kemungkinan besar berada di antrean terakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement