Rabu 11 Nov 2020 00:31 WIB

Rusia Klaim Vaksin Covid-19 Sputnik V Juga 90 Persen Efektif

Klaim Rusia muncul beberapa jam setelah Pfizer umumkan efikasi vaksin Covid-19-nya.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin eksperimental Covid-19 Sputnik V yang dikembangkan Rusia dikabarkan memiliki efektivitas 90 persen.
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Vaksin eksperimental Covid-19 Sputnik V yang dikembangkan Rusia dikabarkan memiliki efektivitas 90 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Rusia mengeklaim bahwa vaksin Covid-19 buatannya 90 persen efektif. Pernyataan ini datang hanya beberapa jam setelah perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Pfizer, mengonfrimasi efektivitas vaksin yang diciptakan dengan tingkat yang sama.

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Rusia, yang dikenal sebagai Sputnik V telah disetujui pada Agustus. Padahal, saat itu uji coba pada manusia belum selesai dilakukan.

Baca Juga

Itu pula yang membuat vaksin Rusia menjadi bahan olok-olok di kalangan ilmuwan. Mereka menyebutnya sebagai vaksin setengah matang. Ada pula yang menganggapnya sedikit lebih unggul daripada air.

Sebaliknya, laporan efektivitas vaksin buatan Pfizer yang mencapai 90 persen dianggap sebagai langkah pertama menuju pengembangan vaksin yang efektif. Pfizer mengungkapkan bahwa vaksin yang dikembangkan perusahaan itu 90 persen efektif mencegah Covid-19 dan para ahli pun meresponsnya sebagai hari besar bagi kemanusiaan.

Hanya beberapa jam setelah pengumuman itu, Kementerian Kesehatan Rusia mengeklaim vaksin yang dibuat negara itu sama efektifnya.

"Kami bertanggung jawab memantau efektivitas vaksin Sputnik V di antara warga yang telah menerimanya sebagai bagian dari program vaksinasi massal. Berdasarkan pengamatan kami, ini juga lebih dari 90 persen," ujar Oksana Drapkina, kepala lembaga penelitian resmi Rusia, dilansir The Sun, Selasa (10/11).

Vaksin Sputnik V juga diklaim akan memberikan kekebalan dari Covid-19 selama dua tahun. Bedanya, Pfizer mengumumkan efektivitas vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan itu didasarkan pada hasil uji coba Fase Ketiga.

Ohid Yaqub, dosen senior di Unit Riset Kebijakan Sains di Universitas Sussex menyerukan agar negara-negara lain tidak tertarik pada nasionalisme vaksin seperti yang dibuat Rusia. Ia mengatakan bahwa pengambilan keputusan harus dipublikasikan dan terbuka untuk dicermati.

"Belum pernah terjadi sebelumnya untuk sepenuhnya melewatkan uji coba Fase 3 seperti ini dalam pengobatan modern," jelas Yaqub.

Francois Balloux, seorang ahli biologi di University College London, Inggris menyebut langkah Rusia sebagai sesuatu yang sembrono dan bodoh. Ia mengatakan bahwa vaksinasi dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah tidak etis.

"Masalah apapun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga karena itu akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," kata Balloux.

Sebelumnya, dua uji klinis awal yang dilakukan di Ibu Kota Moskow, Rusia telah diterbitkan bulan lalu di jurnal ilmiah The Lancet. Hasilnya menunjukkan bahwa Sputnik V aman dan efektif. Ilmuwan Rusia mengeklaim vaksin itu merangsang respons pada semua pasien yang divaksinasi dan tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Antibodi yang terlihat pada pasien menunjukkan vaksin itu mampu mempersiapkan tubuh untuk melawan Covid-19. Namun, sejumlah ilmuwan independen memperingatkan bahwa uji coba itu terlalu lambat dan masih sangat kecil.

Hanya 76 orang yang terlibat dalam penelitian ini. Setengah dari mereka yang diberikan vaksin semuanya dalam kondisi sehat dan sebagian besar berusia 20-an hingga 30-an.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement