REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Regulator kesehatan Brasil mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan uji klinis vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech, setelah "insiden serius" yang tercatat pada 29 Oktober yang melibatkan seorang sukarelawan.
Meskipun ANVISA tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang apa yang terjadi, tetapi mengindikasikan bahwa insiden tersebut dapat menyebabkan kematian, efek samping yang berpotensi fatal, cacat parah, rawat inap, dan "peristiwa signifikan secara klinis" lainnya.
Uji coba dengan vaksin Sinovac juga sedang dilakukan di Turki, Indonesia, dan Bangladesh. Butantan Institute di Sao Paulo, salah satu pusat penelitian biomedis terkemuka di Brasil, telah melakukan uji klinis tahap III yang melibatkan 9.000 sukarelawan.
Sao Paulo telah menandatangani kesepakatan dengan Sinovac untuk membeli 60 juta dosis pada akhir Februari. Gubernur Joao Doria juga mengatakan program vaksinasi dapat dimulai paling cepat Januari 2021. Namun, Presiden Jair Bolsonaro mengatakan pemerintahnya tidak akan membeli vaksin Covid-19 buatan China.
“Orang Brasil tidak akan menjadi kelinci percobaan siapa pun,” kata Bolsonaro bulan lalu.
Sejauh ini, negara itu telah melaporkan lebih dari 5,6 juta kasus Covid-19 termasuk hampir 163.000 kematian. Menurut Johns Hopkins University, Brasil adalah negara paling terdampak pandemi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India, dan nomor dua setelah AS dalam jumlah kematian.