REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog berencana untuk melakukan revitalisasi lumbung pangan di desa yang berfungsi sebagai cadangan beras guna mewujudkan kemandirian pangan. Wakil Direktur Utama Perum Bulog Gatot Trihargo mengatakananggaran pemerintah untuk merevitalisasi seluruh lumbung pangan di desa tidak akan cukup, sehingga Bulog berinisiatif mewujudkan kemandirian pangan melalui lumbung pangan yang dinilai lebih resilien dalam menjaga cadangan beras bagi masyarakat desa.
"Ke depan kami akan bekerja sama dengan pihak desa, bagaimana menjaga pangan secara mandiri. Kalau dengan dana pemerintah, tentunya tidak kuat," kata Gatot dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Selasa (10/11).
Gatot menjelaskan bahwa Bulog sebagai BUMN Pangan ditugaskan oleh Pemerintah dalam menjaga cadangan beras di kisaran 1 juta-1,5 juta ton setiap tahun.
Di sisi lain, konsumsi beras nasional mencapai 2 juta-2,5 juta ton per bulan atau 30 juta ton setahun. Menurut Gatot, kewajiban menjaga cadangan beras 1 juta-1,5 juta ton memang kecil, namun begitu stok beras selalu memenuhi kebutuhan, karena didukung oleh lumbung pangan desa.
"Cadangan beras itu walaupun kecil, tapi mengapa tetap 'survive'? karena tadi lumbung-lumbung pangan desa sudah mewakili sekitar 56 persen yang ada, sehingga resilien kita akan kuat," kata Gatot.
Setidaknya, masyarakat desa maupun perkotaan memiliki cadangan beras untuk satu bulan konsumsi.
Selain itu, lumbung pangan juga berfungsi sebagai cadangan lokal sebagai antisipasi jika terjadi bencana alam. Namun demikian, Bulog memastikan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terkait ketersediaan beras, mengingat gudang Bulog di seluruh kantor wilayah Indonesia menampung kebutuhan beras untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.
Saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog mencapai 1,05 juta ton.