REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Warga Yordania tetap memberikan suaranya untuk memilih parlemen baru di tengah usahanya menahan lonjakan kasus virus corona. Pemerintah Yordania menggelar pemilihan pada Selasa (10/11) untuk memilih 130 anggota majelis rendah parlemen.
Sebanyak 15 kursi disediakan untuk wanita, sembilan untuk Kristen dan tiga untuk minoritas Chechen dan Sirkasia. Dalam Undang-Undang baru, pemilu harus digelar dalam waktu empat bulan.
Pemerintah Yordania lebih representatif daripada yang lain di Timur Tengah, tetapi sebagian besar kekuasaan dipegang Raja Abdullah II. Raja dapat menunjuk pemerintah dan dapat membubarkan Parlemen kapan saja.
Lebih dari 4,5 juta warga Yordania berhak memberikan suara di 23 daerah pemilihan. Pemungutan suara dibuka pada pukul 07.00 WIB pagi waktu setempat dan akan ditutup 12 jam kemudian, meskipun perpanjangan dua jam dimungkinkan.
Partai politik, termasuk salah satu yang terkait dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, diizinkan berpartisipasi. Tetapi biasanya pemilih cenderung akan menyukai calon dari suku, pengusaha, dan independen yang setia kepada raja.
Untuk mendorong para pemilih, Komisi Pemilu Independen negara tersebut mengatakan telah mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan jarak sosial dan mencegah kepadatan berlebih. Masker diperlukan bagi pemilih untuk memasuki TPS dan setiap orang diberi sarung tangan dan pena.
"Tanda pengenal pemilih akan dipindai secara elektronik dan individu tidak akan mencelupkan jari mereka ke dalam tinta. Sebagai gantinya, petugas akan menandai jari pemilih dengan menggunakan pipet atau semprotan," kata pemerintah dilansir dari Aljazirah, Selasa (10/11).
Pemerintah Yordania memberlakukan karantina wilayah dan jam malam secara berkala sejak dimulainya pandemi. Mereka juga berencana memberlakukan jam malam 24 jam selama empat hari, mulai Rabu (11/11).
Yordania melaporkan 5.665 kasus baru virus corona baru pada Senin (9/11) yang menjadikan jumlah total kasus sejak dimulainya pandemi menjadi hampir 115 ribu kasus. Sebanyak 98 persen di antaranya dilaporkan dalam dua bulan terakhir dan melaporkan 1.295 kematian terkait. Yordania, yang berpenduduk sekitar 10 juta, berbatasan dengan Suriah dan Irak, dan menampung sejumlah besar pengungsi Suriah dan Palestina.