REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Agro Jabar, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan usaha bidang agro bertekad dapat terus memenuhi kebutuhan pasar di sektor pertanian. Agro Jabar pun, telah membentuk asosiasi petani sebanyak 4.000 orang.
"Walaupun secara riill baru aktif sekitar 500 hingga 1.000, tapi sudah terlihat bagus. Mereka sudah tertarik menjadi petani plasma karena ada kepastian penghasilan," ujar Direktur Operasional PT Agro Jabar Djamal Alfan dalam sebuah seminar di Kota Bandung, Selasa (10/11).
Djamal mengatakan, pembentukan asosiasi petani tersebut sejauh ini telah berdampak positif terhadap para petani di Jabar.
"Alhamdulillah dari program kemitraan dengan para petani disini mereka dapat hidup lebih baik," katanya.
Menurut Djamal, peran serta aktif dari masyarakat sangat luar biasa dalam melaksanakan kerja sama dengan PT Agro Jabar. "Siapa pun boleh jadi mitra dan kami hanya menawarkan komoditi yang sudah jelas pasarnya," kata Djamal.
PT Agro Jabar, kata dia, juga optimistis dapat mewujudkan Jabar sebagai lumbung pangan nasional.
"Jabar memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah, serta sumber daya manusia yang unggul disertai perguruan tinggi terbaik di Indonesia," katanya.
Selama ini, kata dia, program yang dilaksanakan oleh Agro Jabar sejalan dengan program dari Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil yakni Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap wujudkan kemandirian pangan.
"Jadi untuk mewujudkan hal tersebut, kami lakukan melalui strategi perlindungan lahan pertanian yang berkelanjutan dan peningkatan kesadaran semua pihak. Untuk terus konsisten mempertahankan predikat lumbung pangan nasional," ucap dia.
Menurutnya, dalam pelaksana mempertahankan predikat tersebut tentunya harus dilakukan kolaborasi dengan semua stakeholder. "Apalagi eksistensinya sangat berkaitan dengan perputaran perekonomian, mulai perdesaan, perkotaan dan dunia," kata Djamal.
Pencapaian kemandirian pangan, kata dia, dilaksanakan secara bertahap. Terutama untuk komoditas strategis dengan memperhatikan potensi, dalam rangka upaya membangun kemandirian pangan. Selain itu, juga dilakukan melalui pengendalian tata niaga produk pertanian mulai dari produksi pertanian, distribusi sampai kepastian pasarnya melalui penyediaan benih unggul .
"Kami memiliki tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat lokal, bukan bersaing dengan masyarakat. Kami hadir bersanding dan mendorong masyarakat untuk memperbesar usaha rakyat, dengan pola kemitraan yang saling menguntung dan saling percaya," katanya.
Ia mengatakan, dari sekian banyak potensi bisnis unggulan, baru ada empat jenis tanaman yang paling di minati dunia industri antara lain lemon, jahe, stevia, dan kopi.
"Komoditi unggulan inilah yang kita sinergikan dengan para petani, agar dapat tetap memenuhi kebutuhan industri dalam negeri namun sejujurnya saya sampaikan, baik dari kualitas maupun kuantitas belum dapat memenuhi kebutuhan pasar karena berbagai hal," kata dia.
Djamal mengatakan, untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar industri, yang paling utama adalah pihaknya melakukan pembinaan terhadap para petani karena, animo masyarakat pedesaan sangat kurang untuk menjadi petani.
"Bahkan bisa jadi, 10 tahun yang akan datang kita bisa kehilangan petani. Hal ini, karena mereka tidak memiliki kepastian pendapatan," kata dia.
Namun, kata dia, sekarang bahkan menjadi produk unggulan. Lemon di daerah Cikajang, Kabupaten Garut, sudah menjadi pilihan petani. "Ada 1.300 hektare dengan hasil panen mencapai 28.600 ton per tahun," katanya.