Rabu 11 Nov 2020 13:46 WIB

Dorong Pembangunan Hunian, Pemerintah Tekan Produk Impor

PUPR mendorong diberlakukannya SNI terhadap rangka baja ringan dan SNI lainnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Kementerian PUPR telah menyusun strategi untuk meningkatkan penggunaan baja ringan.
Foto: griyaciptaabadi.com
Kementerian PUPR telah menyusun strategi untuk meningkatkan penggunaan baja ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berupaya mempercepat pembangunan infrastruktur di berbagai provinsi. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan mengenai kesiapan industri dan sumber daya material konstruksi. 

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Trisasongko Widianto mengatakan industri konstruksi nasional tidak hanya dituntut sigap dalam kuantitas, namun juga kualitas. Hal ini perlu memperhatikan jaminan terhadap standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan. 

Baca Juga

“Industri konstruksi nasional juga harus meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri, sehingga tidak tergerus dengan keberadaan produk-produk impor,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (11/11).

Menurutnya pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun juga menurunkan konsumsi dan utilitas industri baja konstruksi dan baja ringan konstruksi. Data IISA menunjukkan penurunan demand baja global mencapai 50 persen. 

Pada tingkat nasional, pandemi juga memberi dampak penurunan produksi mencapai 50 persen hingga menyebabkan utilisasi berada kisaran 20 sampai 50 persen.    

Sementara Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Nicodemus Daud menambahkan saat ini Kementerian PUPR telah menyusun strategi untuk meningkatkan penggunaan baja ringan ini. “Kami mendorong pemberlakukan SNI Wajib terhadap SNI 8399-2017 Rangka Baja Ringan dan mendorong diterbitkannya SNI untuk produk baja ringan lainnya, pengumpulan data produksi riil dan suplai baja ringan konstruksi tiap provinsi,” ucapnya.

Sekjen Gapensi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua umum Kadin Andi Rukman N Karumpa mengapresiasi apa yang sudah dilakukan pelaku usaha dan pemerintah dalam meningkatkan industri baja ringan nasional. Menurutnya masih sangat banyak peluang yang harus dikembangkan. 

“Apalagi saat ini inovasi-inovasi pun sudah banyak dilakukan dan yang paling penting upaya meningkatkan permintaan baja ringan nasional ini juga sudah sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo tentang bagaimana  meningkatkan produksi dalam negeri serta pemulihan ekonomi nasional saat pandemi,” ucapnya.

Namun demikian dia mengingatkan masih ada beberapa kendala regulasi yang sedikit menghambat akselerasi industri baja ringan dalam pembangunan. Salah satunya mengenai peraturan menteri yang masih mewajibkan penggunaan tulangan beton untuk pembangunan rumah sederhana sehat.

“Bahwa memang ada sedikit kendala Permen 403 tahun 2002. Pedoman teknis tentang pembangunan rumah sederhana sehat yang dikeluarkan menteri permukiman dan prasarana wilayah yang di dalam Permen itu dikatakan mengharuskan mempergunakan rangka tulangan beton. Itu direlaksasi agar bisa menggunakan baja ringan,” ucapnya.

Dari sektor produksi, inovasi juga terus dilakukan industri baja ringan nasional untuk meningkatkan utilitasnya. Salah satunya ditunjukkan oleh PT Tatalogam Lestari dengan inovasi Domus-nya yang telah diaplikasikan di berbagai wilayah, terutama di daerah bencana. 

“Orang-orang yang kehilangan rumah pastilah sangat membutuhkan tempat tinggal yang baru dengan segera. Proses pembangunan yang cepat menjadi suatu keniscayaan. Solusinya untuk kecepatan itu antara lain adalah dengan menambah penggunaan komponen material baja Hi-Ten (baja ringan dalam sebuah rumah,” ujar CFO PT Tatalogam Lestari Wulani Wihardjono.

Menurutnya selama ini penggunaan baja pada rumah konvensional tidak lebih dari 12 persen dari seluruh komponen materialnya. Padahal baja ringan memiliki banyak keunggulan seperti lebih kuat, fleksibel, presisi serta mudah dan cepat diaplikasikan ke dalam sebuah bangunan.

“Dengan meningkatkan persentase penggunaan elemen baja dalam perumahan, berarti kita mendapat keuntungan dari segi waktu dan tenaga. Selain pemilihan material yang tepat, pembuatan rumah bisa dipercepat dengan teknik dan sistem yang tepat. Kami menyebutnya sistem domus,” ucapnya.

Dia menjelaskan, sistem Domus telah diuji coba dan terbukti dapat membuat rumah yang kuat dan indah hanya dalam waktu lima hari dan tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak banyak. Dalam membangun Domus tipe 36, hanya dibutuhkan empat aplikator baja ringan saja.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement