Rabu 11 Nov 2020 15:34 WIB

Vaksin Covid-19 dan Tantangan Hadapi Resistensi Publik

Publik mengkhawatirkan proses pembuatan vaksin Covid-19 yang dikebut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech baru-baru ini telah mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19. Mereka mengklaim vaksin yang dikembangkannya memiliki tingkat keefektifan 90 persen. Seberkas cahaya mulai muncul untuk mengatasi pandemi virus corona.

Pengembangan vaksin memang telah menjadi tantangan utama dalam penanganan pandemi Covid-19. Namun, resistensi publik terhadap vaksin juga muncul sebagai arena baru pembahasan. Sejumlah jajak pendapat yang dilakukan sebelum dan selama pandemi menunjukkan adanya ketidakstabilan kepercayaan terhadap vaksin. Proses pembuatan vaksin yang "dikebut" menjadi salah satu faktor kekhawatiran.

Baca Juga

The Reagan-Udall Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang mendukung Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), telah mengadakan kelompok fokus untuk mengukur suasana hati publik terkait vaksin Covid-19. Belasan grup fokus yang terdiri atas 150 orang mengungkapkan kekhawatiran mereka.  

"Kami mendengar ketidakpercayaan pada pemerintah dan sistem perawatan kesehatan. Banyak yang tidak ingin berada di baris pertama untuk disuntik (vaksin)," kata Kepala Eksekutif The Reagan-Udall Foundation Susan Winckler.

Direktur Vaccine Confidence Project Heidi Larson mengungkapkan, para tenaga medis memang penting dilibatkan dalam proses sosialisasi dan kampanye vaksin. "Kita seharusnya benar-benar menargetkan diskusi dan keterlibatan dengan penyedia perawatan kesehatan. Mereka tidak hanya akan menjadi orang pertama yang diharapkan mendapatkan vaksin -jika tidak diwajibkan- mereka juga akan menjadi orang-orang di garis depan yang menghadapi gencarnya pertanyaan dari publik," katanya.

Pakar dari Cornell University Douglas Kriner dan Sarah Keps menilai, tingkat kemanjuran yang tinggi dalam hasil uji  klinis vaksin Covid-19 milik Pfizer dan BioNTech dapat membantu meningkatkan kepercayaan publik. Belum lama ini mereka membuat penelitian tentang persepsi publik tentang vaksin Covid-19.

Penelitian mereka menyimpulkan, jika vaksin Covid-19 awal sama efektifnya dengan suntikan flu, penyerapan oleh masyarakat Amerika mungkin jauh dari tingkat 70 persen yang dibutuhkan untuk mencapai "kekebalan kelompok". "Jika vaksin itu 90 persen efektif, itu akan secara signifikan meningkatkan kesediaan orang Amerika untuk memvaksinasi lebih dari 10 persen, penting untuk memastikan penerimaan publik yang cukup untuk membantu Amerika Serikat (AS) pada akhirnya mendekati kekebalan kelompok," kata Sarah Kreps.

Pada November awal lalu World Economic Forum (WEF) menggelar survei dengan melibatkan 18.526 responden dari 15 negara. Hasilnya menunjukkan 73 persen responden bersedia memperoleh vaksin Covid-19. Angka itu menurun empat poin dibandingkan pada Agustus. Terlepas dari persepsi publik, para ahli telah memperingatkan pembicaraan apa pun mengenai risiko dan keuntungan vaksin harus dilakukan secara jujur.

Saat ini terdapat sekitar 200 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembbangkan di seluruh dunia. Belasan di antaranya sudah memasuki uji klinis pada manusia. Kendati demikian, hingga kini belum ada satu pun yang benar-benar telah disetujui untuk digunakan secara luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 70 persen orang harus diinokulasi untuk menghentikan penularan virus. 

Berdasarkan data yang dihimpun laman Worldmeters, hingga Rabu (11/11), terdapat 51,8 juta kasus Covid-19 yang telah dilaporkan di seluruh dunia. Pandemi telah membunuh lebih dari 1,2 juta jiwa. Sementara, pasien pulih tercatat sebanyak 36,4 juta orang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement