Rabu 11 Nov 2020 15:57 WIB

Provokasi Yahudi dan Kafir Quraisy Sebelum Perang Uhud

Yahudi dan kafir Quraisy melakukan provokasi ke umat Islam

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Yahudi dan kafir Quraisy melakukan provokasi ke umat Islam. Ilustrasi Bukit Uhud
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Yahudi dan kafir Quraisy melakukan provokasi ke umat Islam. Ilustrasi Bukit Uhud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terjadinya Perang Uhud dilatarbelakangi balas dendam kaum kafir Quraisy atas kekalahan dari pasukan Muslim pada Perang Badar yang menewaskan sejumlah pimpinan mereka di antaranya adalah Amr bin Hisyam atau Abu Jahal dan Umayyah. 

Dalam Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia karya Muhammad Fethullah Gulen, dijelaskan bahwa sebelum Perang Uhud meletus, ada sejumlah peristiwa yang turut memantik pecahnya perang itu.

Baca Juga

Kekalahan pasukan musyrik dalam perang Badar telah menimbulkan kemarahan dan kedengkian yang meluap-luap dalam hati kaum musyrik Mekah. Khususnya bagi orang-orang kafir Quraisy yang keluarganya terbunuh dalam perang. Mereka kemudian memprovokasi penduduk Makkah untuk membalas dendam terhadap kaum Muslim. 

Selain kaum Muslim Makkah, rupanya provokasi dan kebencian orang-orang kafir juga menyusup sampai Madinah. Ka’b bin Asyraf menjadi tokoh Yahudi yang paling semangat menggalang kekuatan kaum kafir di Madinah untuk memusuhi Islam. 

Lewat syair-syair gubahannya, gembong Yahudi itu menyebarkan fitnah di tengah umat Islam dengan menyerang kaum Muslim bahkan pribadi Rasulullah. Meski begitu, upaya Asyraf tidak menuai hasil disebabkan kesabaran yang ditunjukkan kaum Muslimin.  

Setelah Perang Badar, kaum kafir Quraisy perlahan-lahan menyusun kekuatan. Berkali-kali kaum Quraisy mengirimkan pasukannya untuk mengintimidasi penduduk Madinah sehingga meningkatkan kekhawatiran kaum Muslim. 

Dengan kondisi penuh gangguan dan ancaman, Rasulullah pun kemudian mengambil langkah-langkah pembersihan Kota Madinah dari berbagai unsur yang terus berusaha merusak tatanan masyarakat.   

Pada akhirnya Ka’b bin Asyraf yang menjadi musuh terbesar Islam di Madinah dapat dibungkam dalam sebuah pertarungan. Ialah Muhammad bin Maslamah yang berhasil membuhuh Ka’b bin Asyraf. 

Karena peristiwa itu meletuplah amarah kaum Yahudi Bani Qainuqa. Mereka pun semakin gencar menyebarkan fitnah yang menyerang kaum Muslimin dan bahkan menggalang kekuatan yang berpusat di rumah istri Ka’b bin Asyraf.  

Dalam tempo singkat, penggalangan kekuatan yang dilakukan Yahudi Bani Qainuqa itu pun akhirnya berujung pada pecahnya pertempuran melawan pasukan Muslim yang menyebabkan jatuhnya korban di kedua belah pihak.  

Rasulullah pun mengerahkan pasukan Muslim untuk menyerang Yahudi Bani Qainuqa agar mereka menyesal telah berani menentang Rasululah. Di akhir pertempuran, Rasulullah mengusir seluruh Yahudi Bani Qainuqa dari Madinah. Sejak itu kondisi Madinah pun kembali tenang.   

Tetapi Kota Makkah terus mendidih. Abu Sufyan yang sebenarnya terlalu takut untuk menghadapi umat Islam, sampai melontarkan sumpah bahwa dirinya tidak akan memakai wewangian sampai berhasil membalaskan dendam terhadap umat Islam.   

Bahkan Abu Sufyan sampai mendatangi daerah yang didiami Yahudi Bani Nadir lalu membakar dua rumah milik orang Islam untuk mengadu domba antara Yahudi Bani Nadhir dan kaum Muslim.

Tetapi jejaring intelijen yang dibangun Rasulullah selalu mengetahui manuver yang dilakukan Abu Sufyan. Dengan para mata-mata itulah Rasulullah dapat mengetahui bahwa kaum Quraisy tengah bersiap-siap untuk menyerang Madinah dengan kekuatan penuh. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement