REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Interkoneksi Sulsel-Sultra serta pembangunan infrastruktur kelistrikan di Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi bukti PLN meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini sekaligus mendorong pertumbuhan industri khususnya industri smelter di wilayah Sultra.
"Dengan adanya pembangunan infrastruktur kelistrikan di Sultra dan interkoneksi Sulsel-Sultra, pastinya PLN siap mendukung pabrik smelter dan industri nontambang di wilayah Sultra lainnya," Manager PLN Unit Induk Pembangkitan & Penyaluran (UIKL) Sulawesi, Suroso Isnandar di Kendari, Sultra, Rabu (11/11).
Tercatat sedikitnya ada tiga perusahaan yang akan disuplai listrik PLN dalam waktu singkat. Ketiganya adalah PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) dengan kapasitas 412 Mega Volt Ampere (MVA), PT Bintang Smelter Indonesia (BSI) dengan kapasitas 100 MVA, dan PT Macika Mineral Industri (MMI) kapasitas 5 MVA.
Selain itu, ada 11 pelanggan potensial di Sultra dengan total kapasitas 771 MVA. Di antaranya PT Kovalen Mining (Luwu Utara), PT Dimurahkan Multiguana Sejahtera (Konawe Utara), PT Antam UBPN Sulta (Kolaka), Stargate Mineral Asia (Konawe Utara) , PT Tambang Rejeki Kolaka (Kolaka) , PT Lestari Indometal Eraprima (Konawe Selatan), PT Artha Mining Industri (Bombana), PT Mahkota Konaweeha (Kendari), PT SBC Prime Metal (Kolaka), PT Toshida Smelter Indonesia (Kolaka), dan PT Yatoo Mega Smelter Indonesia (Konawe Selatan).
Kesiapan PLN telah didukung sistem kelistrikan di Sultra yang merupakan pembangkit yang masuk ke dalam sistem Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel). Dengan total daya mencapai 2.269 MW, sistem ini memiliki beban puncak sebesar 1.401 MW, sehingga memiliki cadangan daya sebesar 868 MW.
"Dengan surplus daya saat ini, suplai daya listrik bukan menjadi masalah untuk industri besar di Sulawesi Tenggara," ujar Suroso.