REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Humas Kantor Basarnas Yogyakarta Pipit Eriyanto mengatakan, sudah ratusan warga di sekitar kawasan Gunung Merapi yang mengungsi. Warga yang mengungsi ditempatkan di barak pengungsian di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.
"Berdasarkan data per 9 November, sudah ada 229 warga yang mengungsi dan ditempatkan di barak pengungsian Glagaharjo," kata Pipit kepada Republika melalui pesan tertulisnya, Rabu (11/11).
Proses evakuasi sendiri sudah dilakukan sejak 7 November 2020 lalu. Warga yang ditempatkan di barak pengungsian merupakan kelompok rentan seperti bayi, balita, anak-anak, lansia, ibu hamil dan menyusui, serta difabel.
Di barak pengungsian tersebut, didominasi oleh lanjut usia (lansia) yang mencapai 89 orang. "Info yang saya dapat terakhir kemarin (terkait) evakuasi untuk hari ini, belum ada info evakuasi warga," ujarnya.
Pihaknya pun telah menerjunkan tim rescue sebanyak 10 personil. Tim rescue yang diturunkan dilengkapi dengan alat utama seperti satu unit haglund, truk personil, mobil rescue dan peralatan evakuasi lainnya.
"Tim rescue sudah standby sejak hari pertama Merapi dinaikkan statusnya menjadi siaga. Tim rescue ini sifatnya untuk standby dan koordinasi dengan semua pihak, serta siap digerakkan jika ada penyelamatan yang mengancam jiwa manusia," kata Kepala Kantor Basarnas Yogyakarta, Lalu Wahyu Efendi.
Wahyu menyebut, pihaknya bersama tim gabungan lainnya sudah siap menghadapi potensi bencana erupsi Merapi. Sinergi dan koordinasi dengan seluruh pihak juga terus dilakukan.
"Kami semua harus bersinergi untuk mempersiapkan ketika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Harapan kami semua, DIY selalu aman dan jauh dari musibah atau bencana alam," ujarnya.