Kamis 12 Nov 2020 05:05 WIB

Catatan Kebrutalan Prancis Saat Jajah Aljazair Islam

Prancis mulai menjajah Aljazair pada 1830 Masehi

Rep: Hasanul Rizqa/ Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Prancis mulai menjajah Aljazair pada 1830 Masehi. Ilustrasi Kota Bejaia, Aljazair
Foto: Mapio
Prancis mulai menjajah Aljazair pada 1830 Masehi. Ilustrasi Kota Bejaia, Aljazair

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Demokrasi Barat yang dilahirkan Revolusi Prancis 1789 tidak dapat diharapkan. Rakyat seperti lepas dari cengkeraman harimau untuk jatuh ke dalam mulut buaya, yakni dari kungkungan monarki absolut dan gereja kepada tindasan kapitalisme. Nestapa itu tidak hanya dirasakan kaum tertindas di Prancis atau Eropa, tapi juga atau bahkan terutama negeri-negeri koloni.

Pada praktiknya, kapitalisme menghendaki penemuan bahan baku dan pasar baru untuk memperluas jangkauan produknya. Karena itu, kapitalisme pun memasuki petualangan penjajahan atas bangsa-bangsa. Sejak abad ke-16, Prancis turut dalam perlombaan negara-negara Eropa untuk menjajah berbagai wilayah di Benua Asia, Afrika, dan Amerika. Saingan utamanya adalah Britania Raya. 

Meskipun sempat mengendur, petualangan kolonial Prancis mulai merebak lagi terutama sejak 1830-an. Afrika Utara menjadi salah satu sasarannya, seiring dengan kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah yang kian melemah di kawasan tersebut. 

Pada 1246 H/1830 M, Prancis berhasil menduduki Aljazair. Prancis ingin membuat Aljazair sebagai titik tolak perluasan wilayahnya di Benua Afrika setelah gagal mempertahankan koloni-koloninya di India dan Benua Amerika.  

Islam adalah agama mayoritas di Aljazair, dan sebagian besar warga adalah Muslim Suni bermazhab Maliki. Populasi Muslim di sana mencapai 99 persen dari total penduduk. Dan satu persennya adalah kombinasi dari minoritas agama lain di antaranya Kristen dan Yahudi. 

Di sana, Aljazair menjadi yang pertama merasakan gempuran. Pada 14 Juni 1830, Prancis mendaratkan 34 ribu pasukan ke Sidi Farj, tak jauh dari Aljir. Hussein selaku gubernur (dey) Aljazair-Utsmaniyah melawannya dengan 19 ribu tentara dan tujuh ribu yanisari.

Kira-kira sebulan kemudian, Prancis berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai Aljir. Dey Hussein diusir ke Naples, lalu kembali ke Turki. Berakhirlah kekuasaan Utsmaniyah atas Aljazair yang telah berlangsung 313 tahun lamanya. 

Menurut Dominik J Schaller dalam artikelnya di The Oxford Handbook of Genocide Studies (2010), metode yang digunakan untuk menegakkan hegemoni Prancis di sana mencapai proporsi genosida. Berikut ini beberapa perlakuan kejam Prancis selama menjajah Aljazair: 

 

1 juta korban meninggal

Aljazair dijajah Prancis selama 132 tahun dan merdeka pada 1962 setelah perang berdarah selama tujuh tahun yang menewaskan satu juta orang Aljazair menurut pemerintah Aljazair. Terjadilah pembiaran kelaparan, dan wabah penyakit.

Pada 1830, Bertrand Clauzel ditunjuk sebagai kepala misi invasi Aljazair. Untuk menambah kekuatan tempur pasukannya, Clauzel pun merekrut orang-orang lokalter utama dari suku-suku Berber yang menghuni daerah pegunungande mimen jadi tentara sewaan. Ia mengawali upaya Prancis dalam menja dikan Aljazair sebagai wilayah koloni yang produktif. Sementara itu, rakyat setempat menderita karena tanah dan hasil panennya dirampas, para pejabat kolonial mulai dijangkiti korupsi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement