REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Seekor monyet yang spesiesnya baru diidentifikasi di hutan terpencil Myanmar kini sudah terancam punah. Lutung Popa, dinamai sesuai dengan rumahnya di Gunung Popa, sangat terancam punah dengan jumlah hingga sekitar 200 individu.
Lutung adalah sekelompok monyet pemakan daun yang ditemukan di Asia Tenggara. Hewan yang baru dideskripsikan ini dikenal dengan penutup matanya yang khas seperti tontonan dan bulunya yang berwarna keabu-abuan. Lutung ini berisiko kehilangan habitat dan perburuan.
Dilansir di BBC, Kamis (12/11) disebutkan, para ilmuwan telah lama menduga mungkin ada spesies baru di Myanmar, berdasarkan DNA yang diekstrak dari kotoran monyet liar, tetapi bukti sulit ditemukan.
Dengan sedikit informasi, mereka beralih ke spesimen sejarah yang disimpan di museum sejarah alam di London, Leiden, New York dan Singapura.
Penjelajah awal ke Myanmar mengumpulkan spesimen monyet, yang tidak pernah diperiksa secara rinci. Para peneliti mengekstraksi DNA dan mengukur fitur fisik seperti ekor dan panjang telinga, yang mereka bandingkan dengan populasi liar.
Ini mengungkapkan spesies baru, lutung Popa hanya ditemukan di petak hutan di tengah negara tersebut. Sebagian besar tinggal di taman suaka margasatwa di lereng situs ziarah suci Gunung Popa.
"Mendeskripsikan spesies secara ilmiah akan membantu dalam pelestariannya," kata Frank Momberg dari kelompok konservasi Fauna & Flora International.
Dia mengatakan bahwa lutung Popa, yang baru saja diidentifikasi, sudah sangat terancam punah dan menghadapi kepunahan. Hanya ada 200 hingga 250 hewan dari spesies baru ini yang hidup di empat populasi yang terisolasi.
Dalam dekade terakhir ini, Myanmar telah membuka diri terhadap kolaborasi internasional dengan para ilmuwan, yang telah menghasilkan penemuan spesies baru dalam ilmu pengetahuan, termasuk reptil, amfibi. Namun penemuan primata baru jarang terjadi.
Christian Roos dari laboratorium genetika primata di Pusat Primata Jerman di Gottingnen mengatakan hewan tersebut menghadapi ancaman dari hilangnya habitat dan perburuan.
"Perburuan adalah masalah besar, tetapi ancaman terbesar adalah habitatnya hampir habis dan berkurang, terfragmentasi dan terisolasi akibat perambahan manusia," katanya.
Penemuan tersebut dijelaskan dalam jurnal Zoological Research. Studi genetik mengungkapkan bahwa lutung Popa (Trachypithecus popa) terpisah dari spesies lain yang diketahui sekitar satu juta tahun yang lalu.