Kamis 12 Nov 2020 10:26 WIB

Rekor Baru! 3,6 Juta Infeksi Covid-19 di Dunia dalam Sepekan

Korban tewas meningkat lebih dari 54 ribu selama periode yang sama

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: A.Syalaby Ichsan
Perawat memantau infus pasien Covid-19. Infus antibodi monoklonal Eli Lilly diizinkan untuk diberikan kepada pasien rawat jalan Covid-19 dengan kriteria tertentu.
Foto: EPA
Perawat memantau infus pasien Covid-19. Infus antibodi monoklonal Eli Lilly diizinkan untuk diberikan kepada pasien rawat jalan Covid-19 dengan kriteria tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah kasus virus korona yang dikonfirmasi naik ke rekor baru 3,6 juta secara global pekan lalu. Angka ini menjadikan Covid-19 belum tuntas ditangani dunia.

Dilansir dari kantor berita Bernama pada Kamis (12/11), pada 8 November, penghitungan global mencapai lebih dari 49,7 juta kasus dimana 8 persen lebih banyak dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Sedangkan korban tewas meningkat lebih dari 54 ribu selama periode yang sama. Jumlah ini terbilang tertinggi sepanjang masa pandemi. Adapun total sementara lebih dari 1,28 juta orang telah meninggal karena penyakit asal China tersebut.

Catatan rekor infeksi per pekan sebelumnya yaitu sebanyak lebih dari 3,3 juta infeksi tercatat dalam seminggu dari 26 Oktober hingga 1 November. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret. 

Jumlah kasus infeksi Covid-19 sejauh ini paling banyak terjadi di Amerika Serikat, India, dan Brasil masing-masing sebanyak 10,6 juta kasus, 8,6 juta dan 5,7 juta. Hingga saat ini, pemerintah di seluruh dunia masih berjuang menangani penularan Covid-19.

Sebelumnya, vaksinasi pertama di Uni Eropa (UE) terhadap Covid-19 diperkirakan dapat dilalukan pada tiga bulan pertama tahun 2021. Prediksi ini diambil berdasarkan kalkulasi optimis bahwa vaksin dapat segera rampung.

"Saya berpikir optimis pada kuartal pertama tahun depan, tapi saya tidak bisa lebih tepatnya kapan," kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) Andrea Ammon yang berbasis di Stockholm, dalam sebuah wawancara dilansir dari Arabnews pada Rabu (11/11).

Sebuah sumber anonim mengatakan pada hari Selasa lalu bahwa vaksin dapat diizinkan untuk digunakan di UE pada awal 2021. Hal ini sejalan dengan pengumuman kelompok farmasi AS Pfizer dan vaksin BioNTech Jerman telah menunjukkan keefektifan 90 persen dalam uji coba fase tiga. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement