REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran orang tua yaitu ayah dan ibu dalam Islam sangat penting. Karena, hal ini menjadi salah satu perhatian Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, ''Didiklah anakmu, karena mereka akan menghadapi zaman yang bukan zamanmu.'' Dalam sabda lain yang muttafaq 'alaih, Rasulullah juga menjelaskan, ''Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (suci), orang tuanyalah yang akan menjadi penentu, apakah si anak (nantinya) akan menjadi Yahudi, Nasrani, ataukah Majusi.''
Sampai di sini jelas bahwa sosok orang tua dipertaruhkan, karena peran mereka sangat besar dalam menentukan masa depan anak-anak mereka.
Alquran, setidaknya, menamsilkan empat macam tipe orang tua yang akan berpengaruh ikut menentukan cetak-biru (blue-print) anak-anak di kemudian hari.
Pertama, tipe (pasangan) Nuh dan istrinya. Pada tipe ini, sang ayah adalah seorang yang saleh, sedangkan sang ibu merupakan manusia jahat dan kafir. Yang terjadi, sang anak lebih cenderung mengikuti sang ibu. Kan'an, sebagaimana kita tahu, justru berada di barisan orang-orang kafir (penentang nubuwwah Nuh) bersama ibunya.
Kedua, tipe (pasangan) Firaun dan istrinya. Berkebalikan dari tipe pertama, kali ini sang ayah yang kafir dan pendosa, sementara sang ibu sangat salehah dan mukminah. Rupanya anak-anak Firaun lebih condong meneladani perilaku sang ayah, sehingga dari generasi ke generasi, raja-raja setelah Firaun tidak berbeda jauh akhlaknya dengan sang ayah: kafir dan menentang nubuwwah (kenabian).
Ketiga, tipe (pasangan) Ibrahim dan istrinya (baik Hajar maupun Sarah). Kali ini, baik sang ayah maupun sang ibu sama-sama saleh dan salehah, mukmin sejati, pembakti Allah paling utama. Dus, bagi anak-anak mereka, mengikuti ayah ataupun ibu adalah sama saja. Walhasil, dari pasangan inilah lahir manusia-manusia mulia mutiara peradaban, Ishak, juga Ismail, yang garis darahnya merupakan muasal Sayyidul Anam, Rasulullah Saw.
Keempat, tipe (pasangan) Abu Lahab dan istrinya. Berkebalikan dengan tipe yang ketiga, kali ini baik si ayah maupun si ibu sama-sama kafir, durjana, dan pendosa. Keduanya sama-sama pembenci dakwah menuju Allah, sehingga Allah mengutuk keduanya sebagai orang-orang yang celaka dan kelak akan masuk neraka bersama-sama. Anak-anak mereka pun tak jauh berbeda sosoknya: menjadi penentang nubuwwah Rasulullah Saw, sehingga sangat tidak layak menjadi teladan tipologis bagi sosok orang tua di dunia manapun