Kamis 12 Nov 2020 13:07 WIB

Pemerintahan Ataturk, Fase Pengasingan Turki dari Islam

Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republik Turki modern sekuler

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republik Turki modern sekuler
Foto: tangkapan layar
Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republik Turki modern sekuler

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Pada 10 November, warga Turki memperingati wafatnya Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki modern. Dia dianggap sebagai pahlawan nasional oleh Turki sekuler, sedangkan yang lain mencercanya sebagai orang yang berusaha untuk secara permanen menghapus orientasi Islam bangsa.  

Dalam laporan 5 Pillars, disebutkan bahwa pemujaan pribadi Ataturk telah dibangun sejak berdirinya Republik Turki sekuler pada 1923. Patung dan foto dirinya dapat ditemukan di seluruh negeri dan bahkan yang mengkritiknya adalah pelanggaran.

Baca Juga

Pada 10 November lalu, bangsa itu memperingati 82 tahun wafatnya. Kehidupan sehari-hari berhenti pada pukul 06.05 pagi waktu setempat ketika sirene meraung untuk menandai saat yang tepat dari kematiannya pada usia 57, sementara jutaan orang di seluruh negeri mengamati dua menit keheningan.

Warga Turki juga mengunjungi mausoleumnya di Ankara untuk memberi penghormatan kepada pendiri negara yang sangat sekuler, pro-Barat, dan anti-Islam itu. Tetapi di Turki modern, banyak kalangan sekuler merasa warisan Ataturk perlahan-lahan dikikis orang Turki yang berorientasi Islam, di antaranya adalah Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Ataturk sendiri lahir pada 1881 di kota Thessaloniki, Yunani, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. Pendidikan militernya dimulai pada 1893 ketika dia mendaftar di sekolah militer di Thessaloniki. Selain keterampilan militer, Ataturk juga belajar bahasa Prancis.

Dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Militer Istanbul dan lulus sebagai letnan pada 1902. Ataturk dengan cepat naik pangkat militer, menjadi kapten staf pada 1905. Pada 1911 menandai titik penting dalam kehidupan Ataturk saat dia melawan orang Italia di Tripoli dan memenangkan kemenangan yang menentukan. Kemudian selama Perang Balkan dia memainkan peran penting dalam merebut kembali Provinsi Dimetoka dan Edirne pada 1912.

Mustafa Kemal hidup di masa kehancuran Kekaisaran Ottoman Islam yang pernah besar. Negara-negara Eropa seperti Inggris dan Prancis telah lama melampaui Utsmaniyah di tingkat industri, politik, dan militer, sedemikian rupa sehingga mereka dikenal sebagai "Orang Miskin Eropa". 

Lonceng kematian Kekaisaran Ottoman akan datang tak lama setelah Perang Dunia 1, di mana dibutuhkan keputusan yang menentukan untuk memihak Jerman. Kemal memainkan peran penting dalam konflik tersebut, pertama sebagai perwira yunior dan kemudian sebagai komandan medan perang yang berjuang untuk mengusir Inggris dan Yunani dari tanah airnya.  

Pertempuran Gallipoli melawan Inggris dan sekutunya terutama terkait dengan Kemal yang memerintahkan tentaranya "untuk tidak menyerang tetapi mati". Tetapi meskipun kadang-kadang kemenangan heroik oleh pasukan Ottoman, Istanbul diduduki sekutu pada 1919 dan Ataturk mundur ke Anatolia. Sultan menjadi pengikut kekuatan kekaisaran dan menandatangani Perjanjian Sevres yang memecah-belah Kekaisaran. 

Pada 23 April 1920, Majelis Besar Nasional pemberontak Turki didirikan dan Ataturk terpilih sebagai kepala pemerintahan dan ketua parlemen, yang memungkinkannya untuk mengadopsi undang-undang yang penting untuk mengalahkan pasukan pendudukan asing. 

Pertempuran kemerdekaan Turki dimulai pada 15 Mei 1919 dan berlangsung hingga 1923 ketika Perjanjian Lausanne ditandatangani yang mengarah pada kemerdekaan Turki. Republik Turki didirikan pada 29 Oktober 1923.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement