REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tak menutup kemungkinan akan melakukan kerjasama dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer dan mitranya dari Jerman, BioNTech. Vaksin buatan Pfizer dan BioNTech ini dianggap memiliki tingkat keefektifan hingga 90 persen untuk mencegah Covid-19.
“(Pemerintah buka peluang) Iya, saya pikir seperti itu. Eijkman juga mengembangkan vaksin Merah Putih, mungkin ada lagi pabrik vaksin di Indonesia mungkin semuanya akan pasti jadi pertimbangan,” ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko kepada wartawan, Kamis (12/11).
Moeldoko mengatakan, pertimbangan utama pemerintah dalam melaksanakan vaksinasi yakni tingkat keefektifan dari kandidat vaksin yang akan digunakan serta pertimbangan harga dan masalah teknis lainnya. Permasalahan teknis yang dimaksud yakni dari sisi perlakukan terhadap vaksin yang akan digunakan.
Sebab, negara seperti Indonesia yang memiliki temperatur suhu yang cukup tinggi akan mengalami kesulitan saat melakukan distribusi vaksin. “Karena jaring dinginnya itu, harus melalui suatu temperatur (cold chain). Sehingga pada nantinya harus distribusi dari satu wilayah ke wilayah lain akan menghadapi masalah,” kata dia.
Moeldoko pun menilai, adanya temuan vaksin yang lebih efektif untuk mencegah penularan Covid ini menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk melindungi masyarakat. Kendati demikian, ia menegaskan, saat ini pemerintah masih fokus terhadap vaksin Covid Sinovac dan Sinopharm.
“Yang pasti orientasi pertama Sinovac dan Sinopharm. Tidak menutup kemungkinan (vaksin lain),” kata Moeldoko.
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan laporan dari Pfizer, uji klinis yang dilakukan di AS, Jerman, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan Turki menunjukkan 90 persen efektivitas dari vaksin ini. Tingkat efektivitas yang tinggi tersebut diketahui setelah tujuh hari usai dosis kedua disuntikkan kepada para relawan. Kendati demikian, data yang didapatkan belum menjadi analisis akhir karena hanya didasarkan pada 94 sukarelawan pertama.