REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --- Keluarga Muslim yang tinggal di salah satu apartemen di Queens, New York Amerika Serikat mendapatkan serangan dari orang yang anti-Islam. Dilansir NBC New York pada Kamis (12/11) Neamat Taha mengatakan bahwa ia dan suaminya sedang berada di parkiran gedung Rego Park, Queens. Tak lama kemudian ada sepasang pria dan wanita yang merupakan tetangga tempat tinggalnya yang mengamati dan mendekati Neamat Taha dan suaminya.
Pasangan pria dan wanita itu melontarkan sejumlah pernyataan yang memprovokasi. Menurut Taha, pria dan wanita itu berkata bahwa mereka dapat melakukan apa pun dan dapat mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Dia mulai memegang hijab saya dan dia mengatakan banyak kata-kata buruk tentang Muslim," kara Taha.
Saat kondisi mulai tidak kondusif, suami Taha pun angkat bicara. Ia meminta wanita itu tidak menyentuh istrinya. Tetapi pria yang bersama wanita itu justru turut campur hingga berubah menjadi kekerasan. Taha mengatakan suaminya meminta pasangan itu untuk menjauh dari keluarganya tetapi suaminya mendapatkan perlakukan kasar.
Suami Taha didorong hingga jatuh ke lantai dan pasangan itu menendangnya. Suami Taha pun kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis karena patah tulang dan memar di wajah. Namun yang terburuk adalah ketakutan yang dibuat oleh para penyerangnya. Bahkan Taha mengatakan orang-orang yang menyerangnya mengancam akan membunuh dirinya dan keluarganya.
Taha mengatakan ketika ia kembali ke rumah bersama kerabatnya karena merasa takut untuk mengambil beberapa barang pascaaksi penyerangan itu, Taha melihat salah satu tersangka memperhatikannya dibalik jendela.
"Dia menunjukkan sesuatu yang berkilau, saya tak tahu jenis senjata apa. Dia berkata, saya punya senjata, jika saya melihat anda di sini lagi, saya akan membakar anda dan membakar anak-anak anda," kata Taha.
Alhasil keluarga Muslim itu pun kini tinggal di rumah kerabatnya karena takut kembali ke apartemen yang telah mereka tempat selama bertahun-tahun. Sementara itu aparat kepolisian mengatakan tengah menyelidiki masalah itu, kendati demikian belum ada penangkapan.
"Anak-anakku tidak pernah tidur nyenyak sejak saat itu. Mereka sangat takut, mereka memberi tahu saya, kami sangat takut, kami harus meninggalkan daerah itu," katanya.