REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Balai Pemasyarakatan Purwokerto memberdayakan narapidana atau warga binaannya dengan mengembangkan industri minyak atsiri. Pengembangan industri minyak atsiri tersebut, dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta PT Dewara Nusajaya.
''Di wilayah Bapas Purwokerto ada 5 hektar lahan yang kita manfaatkan sebagai lahan pengembangan tanaman sereh bahan baku minyak atsiri,'' jelas Kepala Bapas Purwokerto, Edi Suwarno.
Terkait dengan pemberdayaan warga binaan dalam industri minyak atsiri ini, Dirjen Pemasyarakatan Reynhard Silitonga melakukan kunjungan ke lokasi penyulingan di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, Kamis (12/11). Dia menyampaikan apresiasi pada pihak Bapak Purwokerto yang mengembangkan industri minyak atsiri dengan memberdayakan warga binaan.
''Ini menjadi salah satu model percontohan pengembangan pemberdayaan warga binaan di berbagai pemasyarakatan di Tanah Air,'' katanya.
Melalui model pemberdayaan semacam ini, warga binaan akan memiliki keahlian sehingga kelak tidak bingung mencari pekerjaan bisa selesai menjalani masa hukuman.
Menurut Dirjen, secara tidak langsung pemberdayaan tersebut juga akan menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi di tengah masa pandemi.
Dalam kesempatan itu, Reynhard juga menyampaikan terima kasih pada Pemkab Banyumas yang telah menyediakan lahan seluas 1,5 hektare di Desa Kedungrandu sebagai tempat pengembangan tanaman sereh dan penyulingan minyak atsiri.
Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, mengatakan Pemkab Banyumas menyatakan, bantuan penyediaan lahan seluas 1,5 hektar ini bukan angka mati. ''Kalau industri ini berkembangan baik, Pemkab bisa menyediakan lahan lain untuk pengembangan industri minyak atsiri,'' katanya.
Kepala Bapas Edi Suwarno menyebutkan, dalam pengembangan industri minyak atsiri ini, jumlah warga binaan yang terserap dalam industri ini ada sebanyak 50 orang. Sedangkan luas lahan yang dikembangkan sebagai lahan tanaman sereh, ada seluas 5 hektar.
''Yang 3,5 hektar dikembangkan di lahan milik Kemenkumham, yang 1,5 hektar merupakan lahan yang disediakan Pemkab Banyumas,'' katanya.
Namun dia juga juga menyebutkan, upaya pemberdayaan warga binaan di lingkungan Bapas Purwokerto, sebenarnya tidak hanya pada industri minyak atsiri. Namun juga dalam bidang-bidang usaha lain, seperti perbengkelan, desain web, dan sebagainya.
''Dalam upaya pemberdayaan ini, kami menjalin kerjasama dengan pihak swasta,'' katanya.
Direktur Utama PT Dewara Nusa Jaya Wahyu Baharudin, menyebutkan industri minyak atsiri memiliki prospek yang cerah. ''Hanya memang, dalam pengembangan usahanya membutuhkan lahan yang cukup luas untuk ditanam tanaman sereh,'' katanya.
Dia menyebutkan, pada setiap hektar lahan tanaman sereh, akan dihasilkan daun sereh basah sebanyak 250 kg per hari. Daun sereh sebanyak ini, setelah disuling akan menghasilkan minyak atsiri sebanyak 5 kg.
''Harga di dalam negeri, saat ini sekitar Rp 250 ribu per kg. Kami sedang menjajaki pasar luar negeri, karena harganya cukup menjanjikan,'' katanya.