REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Austria berencana memperkenalkan serangkaian tindakan anti-terorisme menyusul serangan mematikan pekan lalu di Wina. Austria juga berniat membuat proposal untuk melawan politik Islam yang dianggap mendorong ekstremisme kekerasan.
"Langkah-langkah itu dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari ekstremis yang digambarkan sebagai bom waktu," ujar Kanselir Austria Sebastian Kurz, dilansir di Middle East Eye, Kamis (12/12).
Menurut Kurz, proposal tersebut mencakup hukuman seumur hidup bagi mereka yang dihukum karena pelanggaran teror, memfasilitasi pengawasan elektronik terhadap orang-orang yang dihukum terkait aksi teror pada saat telah dibebaskan, dan mengkriminalisasi aktivitas politik yang mendorong kekerasan.
Kurz mengatakan, langkah-langkah tersebut juga akan dibawa ke pemungutan suara di parlemen pada Desember nanti. Dengan mengambil pendekatan dua arah, yakni menargetkan tersangka teror dan ideologi yang mendorong perilaku mereka.
"Kami akan mengambil tindak pidana atas apa yang disebut 'politik Islam' agar dapat mengambil tindakan terhadap bukan hanya teroris, tetapi juga yang telah menyuburkan terorisme," ujar Kurz.
Seolah belum cukup, Kurz mengatakan pemerintah akan menutup kegiatan Muslim dan masjid yang dianggap berperan dalam radikalisasi. Platform online yang dianggap berpotensi mencetak ekstremis juga akan ditutup.
"Daftar imam pusat juga akan dibuat, juga di antara langkah-langkah tersebut adalah proposal yang akan memungkinkan pihak berwenang untuk mencabut kewarganegaraan Austria jika mereka dihukum karena pelanggaran terkait teror," kata Kurz.
Wakil Kanselir Werner Kogler mengatakan langkah-langkah baru itu akan berlaku untuk semua bentuk teror, termasuk teror oleh neo-Nazi. Pada Senin sebelumnya, sebanyak 1.000 polisi dan petugas dinas intelijen menggerebek rumah, bisnis dan asosiasi yang diduga terkait dengan Ikhwanul Muslimin dan Hamas. Mereka menyita jutaan euro dalam bentuk tunai di empat provinsi.
Jaksa penuntut bersikeras, bahwa penggerebekan itu tidak ada hubungannya dengan serangan di Wina pada pekan lalu, tetapi merupakan hasil dari investigasi yang berlangsung lebih dari setahun. Polisi berhasil menembak mati pelaku penembakan Wina, Kujtim Fejzulai (20 tahun). Pelaku merupakan pemuda muslim berkewarganegaraan ganda Austria dan Makedonia.
Pelaku disebut sebagai simpatisan ISIS dengan melepaskan tembakan di kawasan ibu kota Australia hingga menyebabkan empat orang meninggal dunia dan 22 orang luka-luka. Sebelumnya, pada tahun lalu, pelaku juga sempat ditangkap karena mencoba melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS.
Serangan di Wina terjadi setelah serangan di kota Nice, Prancis, yang menewaskan empat orang. Prancis juga mulai menutup masjid dan menindak organisasi yang diduga menyebarkan kebencian.
https://www.middleeasteye.net/news/austria-agrees-broad-new-anti-terror-measures