REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Topan menghantam pulau utama Filipina, Luzon, yang mengakibatkan kerusakan parah pada bangunan dan timbulnya korban pada Rabu (11/11) malam waktu setempat. Topan memicu curah hujan yang mencapai rekor tertinggi sehingga banjir besar melumpuhkan hampir seluruh Manila pada keesokan harinya, Kamis (12/11).
Penyelamatan penduduk dilakukan di beberapa kota di wilayah ibu kota. Puluhan ribu orang dilaporkan berupaya mendayung keluar dari air banjir dengan perahu karet, perahu motor kecil, kano, dan bahkan jet ski.
Kantor Pertahanan Sipil di wilayah Bicol melaporkan sedikitnya satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya dilaporkan hilang. Badan cuaca negara meramalkan dua hingga tiga topan lagi akan memasuki Filipina pada November dan satu hingga dua lainnya pada Desember.
Filipina adalah daratan besar pertama yang menghadapi sabuk siklon Pasifik. Karena itu, rata-rata terjadi 20 badai dan topan setiap tahun.
Di kota Marikina dan provinsi Rizal, para warga menyelamatkan diri ke lantai atas rumah mereka ketika banjir naik dengan cepat. Sungai sepanjang 78 kilometer meluap sehingga menyebabkan banjir besar.
"Kami kewalahan dengan besarnya banjir yang kami alami sekarang. Kami sedang mempersiapkan skenario terburuk," kata Wali kota Marikina Marcelino Teodoro kepada stasiun radio DZBB dikutip laman Strait Times, Kamis.
Teodoro telah menerima laporan beberapa dari warga di atas atap rumah mereka sejak dini hari Kamis sudah menderita hipotermia. "Banyak yang ketakutan," katanya.
Dia memohon pasukan pertahanan sipil negara untuk mengirim helikopter untuk membantu penyelamatan. Menurut laporan kota, hingga 40 ribu rumah tertinggal di bawah air dan kotanya hanya memiliki 50 perahu karet untuk dikirim.
Topan ini dinamakan topan Vamco, yang dikenal secara lokal sebagai Ulysses. Topan menghantam sekitar pukul 22.30 di kota Patnanungan di provinsi Quezon, 130 kilometer sebelah timur ibu kota Manila. Topan menghantam dengan kecepatan angin hingga 150 km/jam dan embusan maksimum 205 km/jam.
Topan itu tidak dianggap terlalu mengkhawatirkan karena telah diklasifikasikan sebagai badai tropis selama sebagian besar perjalanannya melintasi Pasifik. Namun topan dengan cepat mengumpulkan kekuatan saat mendekati pesisir timur Luzon dan kemudian berguling hanya 60 kilometer ke utara Manila dalam perjalanan ke Laut China Selatan.
Sejak Rabu larut malam hingga tengah hari pada Kamis, angin kencang dan hujan lebat melanda Metro Manila. Pada Kamis pagi, sebagian besar kota metropolitan, rumah bagi sekitar 13 juta orang, berada di bawah air banjir setinggi pinggang.
Pohon, tiang listrik, dan segudang puing berserakan di jalan. Salah satu foto yang diunggah di Twitter menunjukkan atap baja sebuah rumah yang menjuntai dengan berbahaya pada seikat kabel listrik.
Jalan raya utama tidak dapat dilewati. Hampir empat juta orang menderita karena pemadaman listrik yang berkepanjangan. Teodoro mengatakan Vamco menguasai Marikina yang selalu rawan banjir karena kedekatannya dengan sungai.
Topan Vamco menyusul Topan Goni, merupakan salah satu topan terkuat yang menghantam Filipina dalam beberapa tahun dengan kecepatan angin melebihi 300 km/jam. Goni diperkirakan akan menghancurkan Metro Manila dan wilayah selatannya.
Setidaknya 26 orang tewas dan hampir satu juta orang mengungsi. Namun pada pengujung hari, sebagian besar melewati Metro Manila tanpa ada korban jiwa yang dilaporkan di sana.
Vamco kini membangkitkan ingatan akan Topan Ketsana. Topan itu pada 2009 menewaskan 246 orang, memicu banjir yang meluas di Metro Manila karena hujan yang turun selama sebulan dalam 24 jam, dan layanan penyelamatan yang kewalahan.
Ketsana kemudian menjadi fokus pembicaraan iklim maraton. Negara berkembang dan kelompok hijau mengatakan topan itu adalah contoh jenis bencana iklim yang dapat dihadapi negara miskin di dunia yang lebih hangat.
Di luar Metro Manila, Vamco meluncur melintasi wilayah yang masih terguncang akibat Goni dan enam siklon lainnya yang telah melanda Filipina satu per satu sejak 11 Oktober. Ada laporan tanah longsor di desa-desa pegunungan dan gelombang badai menghantam kota-kota pesisir.