Jumat 13 Nov 2020 01:20 WIB

China Hadapi Risiko Penularan Covid-19 karena Kasus Impor

Selama musim dingin, mungkin ada kasus sporadis di beberapa daerah di China

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Warga memakai masker saat menyeberang jalan di Beijing pada Selasa, 3 November 2020.
Foto: AP/Ng Han Guan
Warga memakai masker saat menyeberang jalan di Beijing pada Selasa, 3 November 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China menghadapi peningkatan risiko penularan lokal Covid-19 pada musim dingin karena kasus-kasus impor akibat penyebaran pandemi global semakin cepat. Selama musim dingin, mungkin ada kasus sporadis di beberapa daerah di China dan beberapa kasus klaster di wilayah-wilayah lainnya.

"Upaya pencegahan dan pengendalian epidemi China tidak bisa dilonggarkan untuk sesaat," kata Li Bin, wakil kepala Komisi Kesehatan Nasional pada konferensi pers, Kamis.

Baca Juga

Negara-negara seperti India, Brasil, dan Prancis melaporkan puluhan ribu infeksi baru setiap hari. Sebaliknya, China telah mengendalikan sebagian besar penyebaran virus corona sejak awal musim panas, meskipun masih mencatat kelompok infeksi secara berkala di beberapa bagian negara.

Dalam sepekan terakhir, beberapa kasus lokal yang terkait dengan impor makanan telah muncul di kota pelabuhan utara Tianjin. Sementara seorang pekerja bandara di Shanghai telah tertular virus meskipun ia tidak melakukan kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi.

China mencatat peningkatan kasus impor di antara pelancong yang datang dari luar negeri. Negara itu terus menghentikan pemberian visa untuk beberapa warga negara asing sementara membatasi pergerakan keluar yang tidak mendesak oleh warga China, kata wakil komisaris Administrasi Imigrasi Nasional Yin Chengji.

China juga telah mengambil langkah-langkah yang lebih tegas terhadap makanan beku impor, setelah melakukan pemeriksaan acak pada lebih dari 870 ribu sampel. Demikian kata seorang pejabat di Administrasi Umum Bea Cukai Bi Kexin pada konferensi pers yang sama.

Mereka menuntut sertifikasi dari pemasok dan regulator pasar harus mengambil tindakan lebih keras terhadap makanan beku yang tidak dapat dilacak, kata Chen Xu, seorang pejabat di Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar.

Saat ditanya apakah China akan mengatur koridor perjalanan dengan negara-negara yang tidak terlalu terpengaruh oleh virus, Wakil Menteri Luar Negeri Luo Zhaohui mengatakan sekarang bukan waktu yang tepat.

"Untuk koridor perjalanan tertutup kami tidak menyangkal kemungkinan ini, tetapi kami pikir kondisinya belum tepat," kata Luo.

Hong Kong dan Singapura telah sepakat untuk membuka koridor perjalanan pertama di Asia pada akhir November. Ketika ditanya apakah China akan menerima dan membantu merawat pasien dari negara lain, Luo mengatakan China dapat mempertimbangkan untuk mengirim ahli China ke negara-negara tersebut untuk memberikan bantuan.

Dia juga memperingatkan warga China agar tidak melakukan perjalanan ke luar negeri. "Saran kami jangan pergi ke luar negeri," kata Luo.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement