Jumat 13 Nov 2020 06:34 WIB

Pesantren di Garut Diminta Perketat Akses Keluar Masuk

Ratusan santri dan pengurus pesantren di Garut positif Covid-19.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ani Nursalikah
Pesantren di Garut Diminta Perketat Akses Keluar Masuk. Petugas promosi kesehatan UPT puskemas Gadog memberi himbauan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) kepada para santri Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (8/10/2020). Dinas Kesehatan Kabupaten Garut bersama seluruh puskesmas melakukan sosialisasi gerakan 3M mencakup tempat ibadah, pesantren hingga pelosok daerah guna mencegah penularan COVID-19.
Foto: CANDRA YANUARSYAH/ANTARA
Pesantren di Garut Diminta Perketat Akses Keluar Masuk. Petugas promosi kesehatan UPT puskemas Gadog memberi himbauan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) kepada para santri Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (8/10/2020). Dinas Kesehatan Kabupaten Garut bersama seluruh puskesmas melakukan sosialisasi gerakan 3M mencakup tempat ibadah, pesantren hingga pelosok daerah guna mencegah penularan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus melakukan sosialisasi ke pondok pesantren agar terus memperhatikan protokol kesehatan. Langkah itu sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Sebab, sejumlah pesantren di Kabupaten Garut telah menjadi klaster penyebaran Covid-19. Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, setiap pondok pesantren harus mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan dalam mencegah penularan virus corona.

Baca Juga

Menurut dia, sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW, setiap Muslim harus berupaya menghindar ketika terjadi wabah penyakit. “Karena sesuai dengan tuntunan Nabi, ketika kita bertemu dengan wabah itu harus menghindar. Menghindar, jika ditafsirkan dalam kondisi wabah Covid-19 saat ini, yaitu dengan protokol kesehatan," kata dia melalui keterangan resmi, Kamis (12/11).

Ia menjelaskan, penerapan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun), adalah salah satu cara menghindari wabah Covid-19. Karenanya, setiap penghuni pesantren diharapkan selalu menjaga protokol kesehatan.

Selain itu, Helmi menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pesantren dalam rangka penerapan protokol kesehatan adalah memperketat akses keluar masuk lingkungan pesantren. Dengan begitu, potensi masuknya Covid-19 dari luar pesantren dapat diminimalisir.

“Khusus bagi pondok pesantren, menghindar dari wabah ini juga bisa dengan menutup pesantrennya. Jika ada orang luar termasuk orang tua santri yang ingin menengok, ya jangan diberi izin. Kecuali sudah diperiksa terlebih, sudah jelas negatif atau tidak terpapar virus maka bisa diperbolehkan untuk masuk ke wilayah pondok pesantren, dengan tetap menerapkan 3M tadi,” kata dia.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tri Cahyo Nugroho mengatakan, sosialisasi pengendalian Covid-19 di pondok pesantren itu dilakukan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN). Dalam momentum itu, kesehatan para santri di pesantren juga harus diperhatikan.

“Ini sebagai bentuk perhatian kami dari pemerintah terhadap kesehatan masyarakat. Agar seluruh masyarakat di Kabupaten Garut, termasuk warga yang ada di Pondok Pesantren tetap sehat," ujar dia.

Berdasarkan catatan Republika.co.id, sudah ada ratusan santri dan pengurus yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari sejumlah lingkungan pesantren di Kabupaten Garut. Klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren di daerah itu belum sepenuhnya bisa teratasi. Hingga saat ini, masih terdapat santri yang positif Covid-19 dan menjalani isolasi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement