REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan rahasia lagi artis dan produser Dian Satrowardoyo berkerabat dekat dengan penyair Subagio Sastrowordoyo. Dian bangga pernah berinteraksi langsung dengan Subagio yang dia panggil eyang Bagio.
Dalam peluncuran buku And Death Grows Intimate acara Jakarta Content Week, Dian menceritakan pengalamannya berinteraksi dengan sang sastrawan itu. Pernah suatu ketika dalam acara pertemuan keluarga, Dian pertama kali bertemu dengan Subagio.
Dalam pertemuan itu, Dian melihat perut Subagio yang besar, kemudian dia tergelitik bertanya ihwal apakah eyang Bagio sedang hamil? Subagio tertawa mendengar pertanyaan itu. Kemudian, Dian ingat Subagio langsung memberi penjelasan bahwa orang berperut besar tidak selalu punya bayi di dalamnya.
“Dia orangnya lucu, humoris, banyak bercanda, suka cerita dongeng, dan pakai ekspresi lagi. Saya bersyukur bisa related sama orang sehebat eyang Bagio,” kata Dian, Kamis (12/11).
Ibu dua anak itu juga bangga dengan pencapaian Subagio lewat karya-karya sastranya. Saat duduk di bangku sekolah dasar (SD), Dian baru tahu bahwa eyangnya itu adaah penulis dan penyair terkenal.
“Saya baru tahu dia penulis terkenal pas SD. Saya baru tahu saudara dan keluarga kita keren juga ya. Saya bangga sekali,” ujar dia.
Semasa sekolah, Dian mengatakan memang paling suka pelajaran Bahasa Indonesia. Dia beranggapan, kekerabatan dengan Subagio mungkin menjelaskan ihwal kenapa keluarganya dekat dengan sastra?
“Karena darah filsafat dan berkesenian sudah mengalir. Saya jadi merasa tak sendiri (di keluarga) menggeluti dunia seni,” kata dia.
Setelah mengenal sosok Subagio yang sebenarnya, Dian pertama kali tahu puisi eyangnya itu berjudul “Dan Kematian Makin Akrab.” Saat itu, baginya puisi itu agak suram dan menakutkan. Seiring berjalannya waktu, Dian banyak membaca dan menyukai karya sastra eyangnya itu.
“Dia nyaman membicarakan hal-hal sedih, menakutkan. Dia akrab sekali dengan sesuatu yang menakutkan, yang mungkin bagi orang lain dihindari,” ujar Dian.