REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjuk Anthony Tata sebagai kepala kebijakan Departemen Pertahanan. Tata dikenal sebagai komentator stasiun televisi Fox News dan kerap melontarkan pernyataan yang islamophobia.
Tata dikenal yakin mantan Presiden AS Barack Obama beragama Islam. Ia menuduhnya pernah menjadi 'pemimpin teroris'.
Pada Jumat (13/11), Associated Press melaporkan pada 2018 lalu, Tata mencicit di Twitternya Islam 'agama yang paling opresif yang saya tahu'. Cicitannya tersebut kemudian dihapus.
Itu kedua kalinya Trump mencoba memasang Tata di jabatan kepala kebijakan Pentagon. Pada awal tahun ini, Trump menunjuk Tata untuk posisi tersebut tapi dalam sidang dengar pendapat, Senat membatalkan pencalonannya karena tidak mungkin bagi lembaga legislatif yang dikuasai Partai Republik itu mengkonfirmasi penunjukkan Tata.
Tata menarik diri dari posisi tertinggi ketiga di Departemen Pertahanan AS. Trump kemudian menempatkan Tata menjabat sebagai wakil menteri.
Ada kekhawatiran Trump mencoba untuk menggunakan militer sebagai pion politik. Hal itu terutama setelah ia kalah pemilu, menolak hasilnya dan menempatkan orang-orang yang paling setia padanya duduk di jabatan penting di Pentagon.
"Di antara militer lainnya kami unik, kami tidak bersumpah pada raja atau ratu, tiran atau diktaktor, kami tidak bersumpah untuk individual," kata Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal Mark Milley.
Perkataannya terdengar biasa tapi cukup menggugah di tengah ketidakpastian politik AS. Pernyataan itu Milley sampaikan tidak lama setelah Trump mencopot Mark Esper sebagai menteri pertahanan dan memasang orang-orang paling setiap padanya di departemen tersebut.