REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO — Keputusan untuk menangguhkan sementara uji klinis tahap akhir dari vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang dikembangkan oleh perusahaan asal China, Sinovac di Brasil tidak mempengaruhi penelitian. Hal itu disampaikan oleh kepala lembaga penelitian di Sao Paulo yang menjalankan uji coba tersebut pada Kamis (12/11).
Uji coba sempat ditunda mulai Senin (9/11) kemarin karena terjadinya kematian seorang peserta yang menjadi subjek penelitian. Namun, diketahui lebih lanjut bahwa kematian terjadi karena bunuh diri.
Keputusan penangguhan datang dari Anvisa, badan pengawas obat Brasil yang memutuskan menghentikan sementara uji coba salah satu dari tiga studi tahap akhir besar Sinovac. Hal itu dikritik oleh penyelenggara, yang mengatakan bahwa tidak perlu menghentikan studi karena kematian yang terjadi tidak ada hubungannya dengan vaksin.
Pada Rabu (11/11), Anvisa mengatakan studi tersebut dapat dilanjutkan dan pada Kamis (12/11) mengumumkan akan mengirim delegasi ke China antara 30 November dan 11 Desember untuk memantau jalur produksi yang membuat pasokan vaksin. Pasokan tersebut diharapkan dapat digunakan oleh dua institusi medis yang berbeda di Brasil untuk memproduksi kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac dan perusahaan farmasi lainnya, AstraZeneca.
Dimas Covas, kepala lembaga penelitian biomedis Butantan, mengatakan bahwa kepercayaan lembaga tersebut pada Anvisa tidak berkurang dengan penangguhan yang diputuskan, Meski demikian, ia menyebut bahwa hubungan antara kedua pihak perlu ditingkatkan.
“Kami tidak dapat berkomunikasi dengan Anvisa melalui siaran pers. Kami berharap ada transparansi mutlak di kedua belah pihak,” kata Coas, merujuk pada cara Butantan mengetahui tentang keputusan untuk menangguhkan uji coba.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah menolak vaksin Covid-19 dari Sinovac karena menilai kredibilitas produk dari perusahaan tersebut masih kurang. Ia memuji penangguhan itu sebagai langkah yang tepat.
Namun, Bolsonaro menyangkal telah merayakan kematian sukarelawan dalam uji coba vaksin Sinovac. Ia kemudian mengatakan bahwa bunuh diri bisa menjadi efek samping dari vaksin, meski tak ada bukti apapun terkait klaim ini.
Tetapi, Pemerintah Brasil mengatakan akan membeli vaksin apa pun yang disetujui oleh Anvisa dan Kementerian Kesehatan, yang pada akhirnya dapat mencakup vaksin Covid-19 dari Sinovac. Keputusan penangguhan itu dinilai telah semakin mengobarkan ketegangan antara Bolsonaro dan Gubernur Sao Paulo Joao Doria, yang berencana meluncurkan vaksin di negara bagiannya pada awal Januari, dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat.