REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Warga Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jateng, dalam beberapa pekan terakhir dibuat resah oleh kawanan kera yang turun hutan. Pasalnya, kawanan kera itu terus berkeliaran mendekat lingkungan pemukiman.
Satwa liar tersebut tidak sekedar membuat warga yang akan meladang menjadi khawatir. Namun, kawanan kera itu juga telah merusak berbagai jenis tanaman yang ada di lahan pertanian warga.
Sedikitnya, lahan pertanian di empat dusun sudah dirusak oleh kawanan kera liar tersebut. “Terutama lahan pertanian yang berbatasan dengan hutan,” ungkap Kepala Dusun (Kadus) Duren, Asrori (38), kepada wartawan, di Bandungan, Kabupaten Semarang, Jumat (13/11).
Berdasarkan laporan warga, kata dia, kawanan kera tersebut telah merusak lahan pertanian di Dusun Duren, Clapar, Legoksari dan Dusun Kropoh. Akibatnya, berbagai jenis tanaman sayuran milik warga rusak dan tidak bisa dipanen.
Seperti tanaman buah kelengkeng, ketela, jagung bahkan juga sayur-sayuran dan tanaman bunga. Bahkan, sebagaian tanaman sayuran yang dirusak tersebut juga mati, karena dicabut dari tanah. Terutama di Dusun Clapar dan Dusun Kropoh.
“Untuk lahan pertanian di Dusun Duren kerusakannya relatif masih ringan, karena jaraknya lebih dekat dengan permukiman warga,” tambahnya.
Asrori mengatakan, kedatangan kawanan kera dari dalam hutan diketahui oleh warga sejak satu bulan terakhir. Semula warga tidak menghiraukan, karena hanya beberapa ekor kera saja yang jamak terlihat di pinggiran hutan.
Namun lama kelamaan jumlahnya mulai bertambah banyak dan mulai merusak berbagai tanaman di lahan pertanian warga. “Dimungkinkan ada migrasi kawanan kera hingga jumlahnya semakin banyak,” ucapnya.
Sebab, lanjut Asrori, warga sudah melihat ada beberapa jenis kera berbeda yang jamak merusak tanaman di lahan pertanian warga. Sebagai bentuk antisipasi, warga pemilik lahan berusaha mengusir kawanan kera yang kedapatan mulai mendekat ke arah lahan pertanian.
Namun karena jumlahnya cukup banyak, kawanan kera tersebut semakin tidak takut dan tetap enggan kembali ke hutan. “Atau kalau warga yang mengusir mulai lengah, kawana kera tersebut kembali lagi untuk mencari makanan di lahan pertanian,” jelasnya.
Guna mengantisipasi meluasnya kerusakan lahan pertanian, saat ini warga di empat dusun tersebut rajin melakukan patrol di kawasan lahan pertanian yang berbatasan dengan hutan di lereng gunung Ungaran tersebut.
Pada saat melakukan patroli, warga jamak membawa berbagai benda maupun alat yang bisa menimbulkan bunyi, seperti petasan. Harapannya, kawanan kera tersebut takut dan tidak lagi mengganggu lahan pertanian mereka.
“Termasuk juga membawa petasan atau kembang api guna menakut- nakuti dan mengusir kawanan kera liar yang berusaha masuk ke kawasan lahan pertanian warga tersebut,” tambah Asrori.
Atas gangguan kawanan kera liar ini, tambahnya, warga Desa Duren sangat berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang melalui SKPD terkait untuk turun tangan menghalau kawanan kera tersebut.
“Ke depan, warga Desa Duren yang mayoritas bermata pencaharian petani, berharap ada solusi dan penanganan dari pihak- pihak yang berwenang, agar serangan kera ini bisa segera diakhiri,” tandasnya.
Sebab upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Duren yang meletakkan berbagai jenis buah-buahan di sekitar pinggiran hutan sudah tidak efektif lagi. “Karena jumlah kawanan kera yang semakin bertambah,” tandasnya.
Sementara itu, serangan kawanan kera liar terhadap berbagai tanaman peranian di wilayah Kabupaten Semarang, sebelumnya juga daialami warga yang ada di Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru. Akibatnya, petugas BKSDA Provinsi Jawa Tengah harus turun tangan untuk membantu melakukan penanganan dan mengusir kawanan kera liar tersebut.
“Satgas Konflik Manusia dengan Satwa Liar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah sempat turun tangan membantu kami, melalui serangkaian kajian dan observasi, agar dampak kerugian yang ditimbulkan tidak meluas,” kata Kepala Desa Sepakung, Amat Nuri.