Senin 16 Nov 2020 05:10 WIB

Cak Nun: HRS Bukan Habib, tapi Syarief Rizieq

Penyebutan habib di nusantara berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Imam Besar Habib Rizieq Shihab (tengah) menyapa ribuan jamaah di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020). Kedatangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab ke Pondok Pesantren (Ponpes) Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Imam Besar Habib Rizieq Shihab (tengah) menyapa ribuan jamaah di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020). Kedatangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab ke Pondok Pesantren (Ponpes) Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebutan habib erat kaitannya dengan tokoh pemuka agama Islam. Misalnya, Habib Rizieq Shihab yang baru saja kembali ke tanah air pada Selasa (10/11) lalu yang disambut meriah oleh massa Front Pembela Islam (FPI). Lalu, bagaimana awal mula dan pemaknaan sebutan habib di Nusantara?

Budayawan sekaligus Ulama Emha Ainun Najib atau Cak Nun mengatakan penyebutan Habib Rizieq Shihab dinilai tidak tepat. Seharusnya, Rizieq, dipanggil dengan panggilan Syarief. “Habib Rizieq, dia bukan habib tapi Syarief Rizieq,” ujarnya dalam ceramah daring yang diunggah dalam akun IslamTv19 pada Kamis (12/11).

Dalam ceramahnya dia menjelaskan kata habib merupakan panggilan dari seorang cucu kepada kakeknya. “Habib, itu maksudnya Mbah, panggilan Kakek untuk Jawa. Lalu Habib Kwitang dulu di Jakarta sama cucunya dipanggil Habib-habib, lalu para tetangga juga ikutan manggil habib. Akhirnya sekarang kalau ada orang Arab dipanggil Habib,” jelas dia.

Panggilan Syarif menurutnya untuk mereka yang keturunan Sayyidina Husein. Sedangkan keturunan Sayyidina Hasan disebut dengan Sayyid. Dia mencontohkan dengan Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri yakni Sayyid Sulaiman yang berarti dari keturunan Sayyidina Hasan.

Sebutan habib juga tidak ada hubungannya dengan darah keturunan Nabi Muhammad. Cak Nun mengakui penyebutan habib di nusantara berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah. Kalau di Timur Tengah, habib adalah orang-orang dari Yaman yang pergi ke Mekkah atau Madinah untuk mencari Rasulullah karena mereka sangat kagum dan mencintai beliau. Lalu, mereka disebut habib atas rasa cintanya kepada Rasulullah.

Sementara Guru Besar Sosiologi Agama & Ketua Komisi Hukum MUI Pusat, Mohammad Baharun menjelaskan habib secara harfiah berarti kekasih Allah. Kemudian secara historis dicantumkan oleh umat seperti tradisi di sini kepada ulama yang ada silsilah keturunan dengan Rasulullah. Para keturunan Rasulullah, baik Sayyidina Hasan dan Husein kata dia disebut dengan Syarif.

“Di Timur Tengah malah tak ada sebutan habib, jamaknya habaib. Yang ada sebutan "Syarif" atau yang mulia,” ujar dia saat dikonfirmasi, Jumat (13/11).

Lebih lanjut dia menjelaskan, Rasulullah mempunyai beberapa putra, namun meninggal saat mereka masih kecil. Di masa itu, anak lelaki menjadi kebanggaan tersendiri, sehingga musuh-musuh Islam menghina Rasul yang tidak mempunyai keturunan dari anak lelaki. Maka turun ayat-ayat yang juga menjadi sabab Nuzul atau sebab turunnya wahyu surat Al-Kautsar. Intinya, itu ditujukan kepada orang kafir yang menghina Rasulullah tidak mempunyai generasi penerus itulah yang putus keturunannya.

Dia menambahkan cucu Rasulullah adalah Hasan dan Husein. Maka yang disebut keturunan habib di Indonesia ini adalah rata-rata keturunan ke 39 sampai 41 dari kakek utama Imam al-Uraydhi putra imam Jakfar as-Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin, dan putra Sayidina Husein bin Ali bin Abi Thalib RA.

“Keturunan Sayyidina Husein ada Yaman, Indonesia, Malysia, Iraq dan beberapa negara Teluk dan Keturunan Sayyidina Hasan ada di Yordania, Maroko dan menyebar di beberapa negara di Afrika. Rata-rata mereka adalah ulama, selebihnya pedagang,” jelas dia.

Sehingga sebutan habib menjadi sebuah ekspresi tradisi di nusantara kepada para keturunan Nabi Muhammad. Menurutnya, tradisi ini sudah melekat cukup lama sebagai rasa syukur atas nikmat Imam dan Islam yang disebarkan sejak awal dakwah ke nusantara.

Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen Umar bin Smith mengatakan panggilan Habib untuk seorang Sayyid yang mempunyai ilmu luas khususnya agama, memiliki kegiatan dakwah, serta menjadi panutan bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya. Perlu diketahui, tidak seluruh Sayyid pantas dipanggil habib. Saat ini, lanjutnya, ada degradasi makna Habib yang menjadi panggilan keakraban.

Jika kembali dengan sebutan Habib Rizieq Shihab, menurutnya, sebutan habib sangat pantas dengan beberapa alasan. “Beliau adalah seorang ulama, intelektual muslim, dan seorang da'i. Dari sisi nasab, beliau adalah seorang Sayyid dari marga Bin Shihab. Perlu diketahui jika kita mempelajari sejarah Bani Alawi atau Alawiyin marga Bin Shihab ini dikenal sebagai ahli ilmu, dan terlihat sampai kini,” jelas dia.

Selain itu, para murid dan jamaahnya sangat mencintainya, yang menjadikannya sebagai seorang habib yang mahbub. “Dia (Rizieq) pantas dipanggil habib karena kenyataannya memang mahbub, artinya di-cintai oleh para muridnya, jamaahnya, dan sebagian umat Islam. Kalau beliau tidak dicintai, tidak mungkin umat rela berjalan berkilo-kilo meter, berdiri berjam-jam diterik matahari hanya untuk melihat dan menjemput beliau di bandara,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement