REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mencatat, tingkat penjualan listrik di Jawa Timur selama pandemi mengalami peningkatan, bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur (Jatim) Nyoman S Astawa menyampaikan, pertumbuhan penjualan di Jatim sampai Oktober lalu mencapai 2,65 persen. Angka itu lebih besar dibandingkan pertumbuhan penjualan rata-rata nasional yang sebesar 0,29 persen.
"Jatim relatif lebih bertahan di tengah pandemi sampai Oktober lalu," ujar Nyoman dalam Webinar MarkPlus Industry Roundtable: Utilities Industry Perspective di Jakarta, Jumat (13/11).
Dalam periode tersebut, sektor rumah tangga, publik, industri kecil, UMKM mengalami pertumbuhan positif. Sementara pertumbuhan penjualan bisnis dan industri besar cenderung negatif. Berdasarkan data tersebut, Nyoman optimistis sektor industri kecil dan UMKM di Jatim mampu bertahan dalam masa pandemi.
Nyoman juga meyakini sektor usaha di Jatim relatif lebih mampu bertahan pada pandemi. Hal ini mengingat adanya diversifikasi yang merata dalam menopang perekonomian Jatim. Perekonomian Jatim tidak hanya bertumpu pada sektor manufaktur dan pariwisata, melainkan juga kontribusi dari sektor lain seperti pertanian, perkebunan, hingga perikanan.
"PLN juga membantu petani dengan mengaliri listrik melalui electrifying agriculture sebagai produk pelayanan unggulan UID Jatim yang berbasis agro industri," ucap Nyoman.
Selain itu, Nyoman menyebut sektor usaha Jatim memiliki animo yang paling tinggi secara nasional dalam memanfaatkan program stimulus tarif tenaga listrik yang diberikan pemerintah selama pandemi. Realisasi program stimulus tarif tenaga listrik di Jatim hingga November mencapai Rp 1,92 triliun terhadap 6,14 juta pelanggan.
"Secara nasional Jatim tertinggi animo dari perusahaan untuk memanfaatkan promo ini, makanya kita perpanjang sampai akhir November," kata Nyoman.
Nyoman menambahkan, pandemi yang terjadi juga memberikan pelajaran besar bagi Indonesia agar mampu memaksimalkan potensi sumber daya manusia (SDM) dan ceruk pasar domestik yang besar. Dampak pandemi mengakibatkan terkendalanya sejumlah proyek PLN akibat tidak adanya ahli dari luar negeri yang datang ke Indonesia.
"Ini harusnya menyadarkan kita semua terkait ketergantungan dengan tenaga kerja luar negeri di masa pandemi," kata Nyoman menambahkan.