Sabtu 14 Nov 2020 12:08 WIB

Menang di Georgia, Biden Makin Kukuhkan Peroleh Suara

Joe Biden total mendapatkan 306 suara elektoral.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
 Presiden terpilih Joe Biden mendengarkan pertanyaan dari seorang reporter saat dia berbicara pada hari Selasa, 10 November 2020, di teater The Queen di Wilmington, Del.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Presiden terpilih Joe Biden mendengarkan pertanyaan dari seorang reporter saat dia berbicara pada hari Selasa, 10 November 2020, di teater The Queen di Wilmington, Del.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat calon presiden (capres) dari Partai Demokrat Joe Biden memenangkan suara di negara bagian Georgia, Jumat (13/11) waktu setempat. Raihan suara di Georgia menjadi kemenangan Demokrat pertama sejak 1992 di negara bagian tersebut.

Kemenangan tersebut tentu memperkuat Biden untuk menuju ke Gedung Putih. Proyeksi BBC mencatat suara elektoral Biden mencapai 306.

Baca Juga

Sementara capres pejawat Donald Trump dari Partai Republik memenangkan suara di negara bagian North Carolina sehingga dia mencapai suara elektoral 232.

Trump kemudian menyinggung akan adanya pemerintahan baru pada Januari. Meski belum sepenuhnya mengakui kekalahannya, Presiden tampak tentang berbicara pada rapat dengan gugus tugas virus corona.

"Pemerintahan ini tidak akan melakukan lockdown. Apapun yang terjadi kedepannya, siapa yang tahu pemerintahan mana yang akan dijalankan. Saya rasa waktu akan menjawabnya," ujar Trump di White House Rose Garden, dikutip laman BBC, sabtu (14/11).

Presiden tidak menerima pertanyaan dari para jurnalis. Dengan kemenangan Biden di Georgia, tekanan meningkat pada Trump untuk mengakui kemenangan Biden seraya mempersiapkan pemerintahan transisi.

Georgia dan North Carolina adalah negara bagian terakhir yang diproyeksikan dalam perebutan untuk melenggang ke Gedung Putih. Suara elektoral Biden sama dengan penghitungan yang dicapai Trump dalam kemenangannya atas Hillary Clinton pada 2016.

Namun demikian, sebelumnya Trump meluncurkan berbagai tantangan hukum di beberapa negara bagian utama dengan menuduh penghitungan suara yang tidak sah tanpa bukti. Meski upayanya mengalami kemunduran dengan banyaknya ditolak oleh hakim MA.

Di Arizona semisal, timnya membatalkan gugatan yang meminta peninjauan surat suara pada saat Hari Pemilu 3 November lalu. Gugatan tersebut didasarkan pada klaim bahwa beberapa suara sah telah ditolak.

Di Michigan, seorang hakim menolak permintaan dua pengamat jajak pendapat dari Partai Republik untuk memblokir sertifikasi hasil pemilu di Detroit yang diduga melakukan penipuan di Wayne County. Di Philadelphia, Pennsylvania, permintaan tim kampanye Trump untuk membatalkan beberapa kumpulan surat suara yang masuk telah ditolak.

Penghitungan ulang manual dilakukan di Georgia karena selisih tipis antara kedua kandidat, tetapi tim Biden mengatakan mereka tidak berharap hal itu mengubah hasil di sana. Joe Biden tidak harus memenangkan Georgia atau Arizona untuk mengamankan Gedung Putih. Perebutan kembali negara bagian industri utara "tembok biru" di Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania dengan sendirinya memastikan kemenangan Biden dan wakilnya Kamala Harris.

Keberhasilan mantan wakil presiden di negara-negara bagian Sun Belt ini, pertama kalinya seorang Demokrat menang dalam beberapa dekade. Ini menunjukkan bahwa Demokrat mungkin membuka jalan baru menuju keberhasilan presiden dalam pemilihan mendatang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement