Ahad 15 Nov 2020 00:25 WIB

Tinggi Badan Remaja China Kini Lebih Tinggi, Apa Rahasianya?

Genetika, nutrisi dan lingkungan dapat mempengaruhi tinggi badan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang  menjalani pengukuran tinggi badan. ilustrasi
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Seorang menjalani pengukuran tinggi badan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet tentang tinggi badan. Meskipun genetika berperan dalam tinggi badan seseorang, tapi nutrisi dan lingkungan dapat memainkan peran lebih besar.

Dalam beberapa generasi, ketinggian keturunan migran biasanya bisa menyamai ketinggian anak-anak non-migran di negara barunya. Studi yang keluar pada bulan ini tersebut menganalisis pertumbuhan fisik anak-anak di berbagai negara, dengan menggabungkan tinggi dan indeks massa tubuh dari 193 negara. Studi itu mencatat, remaja di China mengalami capaian ketinggian signifikan selama 35 tahun terakhir.

Baca Juga

Pada 1985, tinggi rata-rata wanita berusia 19 tahun di China adalah 157,4 cm. Tinggi rata-rata pria berusia 19 tahun 167,6 cm. Pada 2019, angkanya masing-masing adalah 163,5 cm dan 175,7 cm.

Menurut penelitian, peningkatan tinggi badan anak laki-laki di China adalah yang terbesar di dunia, sementara peningkatan tinggi badan anak perempuan itu adalah yang terbesar ketiga.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi di China dalam empat dekade terakhir telah mengurangi malnutrisi pada anak. Namun, ketidaksetaraan yang meningkat juga membuat anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan di China, tertinggal dari rekan-rekannya di perkotaan dalam hal asupan gizi dan tinggi badan.

Menurut sebuah studi pada 2014 yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wilayah yang lebih maju di China juga mengalami peningkatan obesitas pada masa kanak-kanak atau remaja, berkat akses yang lebih besar ke camilan manis dan makanan cepat saji.

Studi Lancet membandingkan perubahan indeks massa tubuh (BMI) anak-anak dan remaja secara global. Negara-negara yang memiliki BMI tertinggi untuk kedua jenis kelamin antara lain, Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, dan Kuwait, sedangkan negara-negara dengan BMI terendah antara lain, India, Bangladesh, Timor Leste, Ethiopia, dan Chad.

Diperkirakan juga, ada perbedaan ketinggian rata-rata 20 cm antara anak usia 19 tahun di negara-negara tertinggi dan terpendek. Negara dengan populasi remaja tertinggi, termasuk Belanda, Montenegro, Estonia, dan Denmark. Terlepas dari lonjakan pertumbuhan mereka dalam 35 tahun terakhir, pria berusia 19 tahun di China, rata-rata 8,1 cm lebih pendek daripada rekan mereka di Belanda. Sementara wanita lebih pendek 6,9 cm.

Negara-negara berkembang, termasuk China, mengalami peningkatan terbesar dalam tinggi badan anak, tapi di banyak negara di Afrika Sub-Sahara, tinggi anak tetap sama, atau bahkan menurun.

Secara keseluruhan, anak perempuan di Korea Selatan, Vietnam, Arab Saudi, Turki dan beberapa negara Asia Tengah, dan anak laki-laki di Eropa tengah dan barat, memiliki perubahan paling sehat dalam status pertumbuhan tubuh selama tiga setengah dekade terakhir. Sebab, mereka memiliki peningkatan tinggi badan yang jauh lebih besar daripada yang mereka lakukan pada BMI.

Memiliki tinggi badan rendah dan BMI rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, gangguan perkembangan kognitif, dan kinerja pendidikan, dan produktivitas kerja yang lebih buruk di kemudian hari. Studi The Lancet menunjukkan BMI yang tinggi disertai dengan risiko kecacatan dan kematian dini yang lebih tinggi di masa dewasa, serta kesehatan mental dan hasil pendidikan yang lebih buruk.

Para peneliti merekomendasikan kebijakan mendukung pertumbuhan yang sehat bagi kaum muda. Contohnya, menerapkan program makan sekolah gratis dan menerapkan pembatasan tentang berapa banyak karbohidrat olahan yang harus dimakan seorang anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement