Ahad 15 Nov 2020 01:33 WIB

Kualitas Udara Delhi Sangat Buruk Saat Malam Diwali

Angin tenang dan emisi pertasan bisa memperburuk kualitas udara di Delhi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Polusi udara yang melanda China dan India disebut paling mematikan di dunia (Foto: ilustrasi kepadatan kota New Delhi, India)
Foto: Flickr
Polusi udara yang melanda China dan India disebut paling mematikan di dunia (Foto: ilustrasi kepadatan kota New Delhi, India)

REPUBLIKA.CO.ID, DELHI — Kualitas udara Delhi, India sangat buruk pada Sabtu (14/11) pagi. Emisi dari petasan dan angin tenang dapat membuat kualitas udara ke zona yang parah.

Pemantau kualitas udara Kementerian Ilmu Bumi, SAFAR melaporkan konsentrasi PM2,5 atau partikel yang berukuran 2,5 mikron di Delhi saat festival Diwali, kemungkinan menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhi. Ini akan terjadi jika tidak ada petasan yang dibakar saat festival Diwali.

Baca Juga

Tingkat polusi di Delhi selama periode Diwali, kemungkinan tetap berada di ujung yang lebih baik dari kategori sangat buruk, karena tidak adanya emisi akibat kembang api.

Namun, faktor asap dari kebakaran pertanian dan angin permukaan yang stagnan menyebabkan kualitas udara di ujung yang lebih tinggi dari kategori 'sangat buruk' ke ujung bawah dari 'parah' pada malam Diwali.

Angin bergerak dari barat laut dan dampak pembakaran tunggul pada indeks kualitas udara (AQI) diperkirakan meningkat. Lonjakan level PM2.5 pada Ahad dini hari, kemungkinan besar terjadi jika ada pembakaran petasan.

Dilansir Financial Express pada Sabtu (14/11), Delhi mencatat indeks kualitas udara (AQI) 369 pukul 09.00 pada Sabtu. AQI rata-rata 24 jam adalah 339 pada Jumat, dan 314 pada Kamis. Kota-kota tetangga, Faridabad (323), Ghaziabad (412), Noida (362), Greater Noida (350), dan Gurgaon (338), yang termasuk dalam Wilayah Ibu Kota Nasional (NCR), juga mencatat AQI pada kategori sangat buruk dan parah.

Delhi mencatat AQI rata-rata 24 jam sebesar 337 selama Diwali pada tahun lalu (27 Oktober). Setelah itu, tingkat pencemaran tetap dalam kategori parah selama tiga hari berturut-turut.

Pada 2018, rata-rata AQI 24 jam (281) selama Diwali tercatat dalam kategori buruk. Kondisi itu memburuk menjadi 390 pada hari berikutnya, dan tetap dalam kategori parah pada tiga hari berturut-turut. Pada 2017, AQI rata-rata 24 jam Delhi selama Diwali (19 Oktober) berada di angka 319. Namun, tergelincir ke zona parah keesokan harinya.

Departemen Meteorologi India mengatakan gangguan angin yang  kemungkinan akan meningkatkan kecepatan angin dan meningkatkan kualitas udara di Delhi-NCR pascadiwali.

Hujan ringan kemungkinan besar terjadi pada Ahad. Masih harus dilihat apakah kondisi itu cukup untuk menghilangkan polutan. “Namun, kualitas udara Delhi-NCR kemungkinan akan meningkat pascadiwali, karena peningkatan kecepatan angin. Pada Ahad, kecepatan angin maksimal diperkirakan sekitar 12 hingga 15 kilometer per jam,” kata kepala pusat perkiraan regional IMD, Kuldeep Srivastava.

Kepala pusat penelitian lingkungan IMD, VK Soni mengatakan angin tenang dan emisi petasan dapat mendorong kualitas udara ke zona parah pada malam Diwali. Kecepatan angin diperkirakan akan meningkat setelahnya. Dia menegaskan akan ada peningkatan kualitas udara yang signifikan pada 16 November.

Komisi Manajemen Kualitas Udara (CAQM) mengarahkan CPCB dan negara bagian yang bersangkutan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam penerapan arahan Pengadilan Lingkungan India (National Green Tribunal atau NGT), mengingat skenario kualitas udara selama periode Diwali.

NGT memberlakukan larangan total penjualan atau penggunaan semua jenis petasan di Wilayah Ibu Kota Nasional (NCR) dari 9 November tengah malam hingga 30 November tengah malam.

Ketua Umum NGT Adarsh Kumar Goel mengatakan arahan tersebut  berlaku untuk semua kota di India yang rata-rata kualitas udara ambien selama November 2019 berada dalam kategori buruk ke atas.

"Di tempat lain, pembatasan bersifat opsional bagi pihak berwenang, tetapi jika ada tindakan yang lebih ketat di bawah perintah pihak berwenang, hal yang sama akan berlaku," ujar Goel.

Badan Pengendalian Polusi Pusat (CPCB) memerintahkan penutupan pabrik campuran panas dan penghancur batu di Delhi-NCR hingga 17 November. Hal ini mempertimbangkan kemungkinan peningkatan tingkat polusi selama musim perayaan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement