Ahad 15 Nov 2020 07:15 WIB

Gereja di Kota dan Hasrat Sukarno Bangun Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal menjadi kebanggaan dan simbol harmoni di Indonesia

Red: Nashih Nashrullah
Masjid Istiqlal menjadi kebanggaan dan simbol harmoni di Indonesia Suasana halaman Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Masjid Istiqlal menjadi kebanggaan dan simbol harmoni di Indonesia Suasana halaman Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (27/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Soeharto dalam lawatan-lawatannya ke luar negeri, sering membanggakan Masjid Istiqlal yang letaknya berdampingan dengan Gereja Katedral. Yang dikatakan sebagai wujud toleransi agama di Indonesia. Istiqlal (Merdeka) sekalipun pembangunannya baru dimulai 24 Agustus 1961, tapi ide membangun mesjid megah dan terbesar di Asia Tenggara ini telah dirintis sejak 1950. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta sejak awal terlibat dalam membangun Istiqlal.

Hasrat membangun Masjid Istiqlal merupakan cita-cita umat Islam, sebagai tanda syukur pada Allah SWT atas anugerah kemerdekaan. Kala itu tempat peribadatan umat Islam hanya terdapat di kampung-kampung. Berlainan dengan gereja yang berada di pusat-pusat kota dan di tepi-tepi jalan raya.

Bagi Bung Karno, Masjid Istiqlal dengan menara setinggi 6.666 cm atau hampir 70 meter merupakan landmark Ibu Kota RI. Ketika bandara di Kemayoran dan kemudian di Halim Perdanakusuma saat pesawat hendak mendarat para penumpang akan melihat dua monumen raksasa: Monas dan Istiqlal.

Istiqlal dibangun di bekas sebuah taman bernama Wilhelmina Park yang dibangun untuk mengabadikan pengangkatan Ratu Wilhelmina, nenek Beatrix, ratu Belanda sekarang. Di sini juga terdapat sebuah benteng (citadel) yang ketika dihancurkan dengan dinamit oleh Korps Zeni AD memakan waktu satu setengah tahun.